Sains

Astronom Temukan Petunjuk Terkuat Kehidupan Terdeteksi di Planet Jauh, Ada Aktivitas Biologis

Dwi AstariniDwi Astarini - Jumat, 18 April 2025
Astronom  Temukan Petunjuk Terkuat Kehidupan Terdeteksi di Planet Jauh, Ada Aktivitas Biologis

Astronom temukan tanda kehidupan di planet luar tata surya.(Foto: Dok/NASA

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

MERAHPUTIH.COM - ADA kehidupan lain di luar sana. Para pengamat angkasa luar telah lama mencari bukti adanya kehidupan lain di luar bumi. Kini, petunjuk muncul. Meskipun amat sedikit, petunjuk itu menjanjikan.

Pada Kamis (17/4) para astronom mengumumkan mereka telah mendeteksi ‘petunjuk’ paling menjanjikan mengenai kemungkinan adanya kehidupan di planet di luar tata surya kita. Meskipun begitu, sejumlah ilmuwan lainnya menyatakan skeptisisme. Perdebatan sengit lalu terjadi di kalangan ilmuwan tentang apakah planet K2-18b, yang berjarak 124 tahun cahaya di rasi bintang Leo, bisa menjadi dunia samudra yang mampu mendukung kehidupan, setidaknya mikroba.

Dengan menggunakan Teleskop Luar Angkasa James Webb, tim peneliti dari Inggris dan AS mendeteksi tanda-tanda dua senyawa kimia di atmosfer planet tersebut yang telah lama dianggap sebagai biosignature atau penanda biologis kehidupan ekstraterestrial.

Di Bumi, senyawa dimetil sulfida (DMS) dan dimetil disulfida hanya diproduksi makhluk hidup, terutama alga laut mikroskopis yang disebut fitoplankton. Para peneliti menekankan perlunya kehati-hatian, dengan menyatakan pengamatan lebih lanjut masih dibutuhkan untuk mengonfirmasi temuan ini. Oleh karena itu, mereka belum mengumumkan penemuan yang pasti.

Namun, implikasi termuan ini bisa sangat besar, menurut Nikku Madhusudhan, astrofisikawan dari Universitas Cambridge dan penulis utama studi yang diterbitkan di The Astrophysical Journal Letters. “Apa yang kami temukan saat ini merupakan petunjuk kemungkinan aktivitas biologis di luar tata surya. Sejujurnya, saya pikir ini merupakan hal terdekat yang pernah kami lihat yang bisa dikaitkan dengan kehidupan,” ujarnya, dikutip The Korea Times.

Baca juga:

Penemuan Baru Ungkap Penyebab Warna Planet Mars Merah, Berasal dari Air Dingin?



Namun, para ahli luar angkasa menunjukkan adanya perdebatan atas temuan sebelumnya tentang eksoplanet ini. Mereka menambahkan bahwa senyawa kimia tersebut mungkin telah tercipta melalui cara yang belum diketahui dan tidak ada hubungannya dengan kehidupan.


Petunjuk Kimia


K2-18b memiliki massa lebih daripada delapan kali Bumi dan ukurannya 2,5 kali lebih besar. Planet ini tergolong langka di antara sekitar 6.000 eksoplanet yang telah ditemukan sejauh ini karena ia mengorbit bintangnya di zona layak huni atau zona Goldilocks.

Itu berarti suhu planet ini tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin untuk memiliki air cair, hal yang dianggap sebagai unsur terpenting bagi kehidupan.

Teleskop mengamati eksoplanet yang sangat jauh ketika mereka melintas di depan bintang mereka, memungkinkan para astronom menganalisis bagaimana molekul di atmosfernya menyerap cahaya. Pada 2023, teleskop Webb mendeteksi metana dan karbon dioksida di atmosfer K2-18b. Itu merupakan kali pertama molekul berbasis karbon terdeteksi di eksoplanet dalam zona layak huni.

Webb juga mendeteksi sinyal lemah dari senyawa DMS, yang mendorong para astronom untuk kembali mengarahkan teleskop ke planet tersebut setahun lalu. Kali ini pengamatan dilakukan menggunakan instrumen inframerah menengah untuk mendeteksi panjang gelombang cahaya yang berbeda.

Mereka menemukan tanda-tanda senyawa kimia yang jauh lebih kuat meskipun masih berada di bawah ambang batas signifikansi statistik ‘lima sigma’ yang menjadi standar ilmiah dalam penemuan seperti ini. Bahkan jika hasil ini dikonfirmasi, itu belum tentu berarti bahwa planet tersebut memiliki kehidupan.

Tahun lalu, para ilmuwan menemukan jejak DMS di sebuah komet, yang menunjukkan senyawa ini dapat diproduksi melalui cara nonorganik dan mungkin bukan biosignature sejati.

Namun, kata Madhusudhan, konsentrasi senyawa tersebut, yang terdeteksi di K2-18b, tampak ribuan kali lebih kuat ketimbang di Bumi. Itu amat mungkin menunjukkan asal biologis.

K2-18b telah lama dianggap sebagai kandidat utama untuk planet hycean, sebuah dunia samudra yang lebih besar daripada Bumi dengan atmosfer kaya hidrogen. Planet-planet seperti ini tidak diharapkan menjadi rumah bagi kehidupan alien nan cerdas, tapi mikroba kecil mirip dengan yang ada di lautan Bumi miliaran tahun lalu.

Namun, beberapa penelitian mempertanyakan apakah planet hycean yang diusulkan saat ini terlalu dekat dengan bintang mereka untuk bisa mendukung air cair, termasuk K2-18b yang mengorbit bintangnya setiap 33 hari.

Raymond Pierrehumbert, profesor fisika planet di Universitas Oxford, melakukan penelitian terpisah yang menunjukkan K2-18b terlalu panas untuk kehidupan. “Jika planet tersebut memang memiliki air, itu akan sangat panas dan tidak bisa dihuni,” katanya kepada AFP, dikutip The Korea Times. Ia menambahkan bahwa samudra lava lebih masuk akal.

Sementara itu, profesor ilmu planet di MIT Sara Seager menyerukan kesabaran, mengingat klaim sebelumnya tentang uap air di atmosfer K2-18b yang ternyata ialah gas lain.

Madhusudhan memperkirakan hanya dibutuhkan 16 hingga 24 jam tambahan waktu pengamatan Webb untuk mencapai ambang lima sigma, yang bisa terjadi dalam beberapa tahun mendatang. Lima sigma berarti hasil yang sama setelah 20 kali lemparan, dan akan menunjukkan bahwa kita bisa sangat yakin bahwa pengamatan ini bukan hanya hasil kebetulan.

Bahkan di luar K2-18b, Madhusudhan mengatakan, Webb dan teleskop masa depan dapat memungkinkan umat manusia menemukan kehidupan di luar planet kita lebih cepat daripada yang kita kira.

"Ini bisa menjadi titik balik. Pertanyaan mendasar ‘apakah kita sendirian di alam semesta?’ menjadi hal yang bisa kita jawab," ujarnya.(dwi)

Baca juga:

Planet Baru Terdeteksi sedang Mengorbit di Dekat Bumi

#Sains #Astronom #Planet
Bagikan
Ditulis Oleh

Dwi Astarini

Love to read, enjoy writing, and so in to music.

Berita Terkait

Dunia
Ilmuwan Peneliti Material Baru Terima Hadiah Nobel Kimia, Temuannya Dapat Bantu Selamatkan Planet
Penemuan mereka berpotensi mengatasi beberapa masalah terbesar di planet ini, termasuk menangkap karbon dioksida untuk membantu mengatasi perubahan iklim dan mengurangi polusi plastik melalui pendekatan kimia.
Dwi Astarini - Jumat, 10 Oktober 2025
 Ilmuwan Peneliti Material Baru Terima Hadiah Nobel Kimia, Temuannya Dapat Bantu Selamatkan Planet
Dunia
Tiga Ilmuwan Raih Hadiah Nobel Fisika, Berjasa dalam Komputasi Kuantum
Membuka jalan bagi lahirnya generasi baru komputer superkuat.
Dwi Astarini - Rabu, 08 Oktober 2025
Tiga Ilmuwan Raih Hadiah Nobel Fisika, Berjasa dalam Komputasi Kuantum
Lifestyle
Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia
Temuan ini akan membantu ilmuwan mencari pengobatan baru bagi manusia.
Dwi Astarini - Jumat, 15 Agustus 2025
Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia
Lifestyle
Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim
Artropoda disebut menjadi sumber makanan penting bagi burung dan hewan yang lebih besar.??
Dwi Astarini - Kamis, 07 Agustus 2025
Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim
Dunia
Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii
Pompeii setelah tahun 79 muncul kembali, bukan sebagai kota, melainkan sebagai kumpulan bangunan yang rapuh dan suram, semacam kamp.
Dwi Astarini - Kamis, 07 Agustus 2025
Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii
Lifestyle
Batu Mars Terbesar di Dunia Dilelang, Terjual Seharga Rp 86,25 Miliar
Dikenal dengan nama NWA 16788, meteorit ini memiliki berat 24,5 kilogram.
Dwi Astarini - Kamis, 17 Juli 2025
Batu Mars Terbesar di Dunia Dilelang, Terjual Seharga Rp 86,25 Miliar
Lifestyle
Jokowi Terkena Alergi Parah, para Ahli Sebut Perubahan Iklim Memperburuk Kondisi Ini
Gejala alergi tak lagi bisa dianggap sepele.
Dwi Astarini - Senin, 23 Juni 2025
Jokowi Terkena Alergi Parah, para Ahli Sebut Perubahan Iklim Memperburuk Kondisi Ini
Fun
Kenapa Kita Suka Share dan Lihat Konten Hewan Lucu di Media Sosial? Ini Jawaban Ilmiahnya!
Sebuah studi dari Concordia University mengungkap bahwa membagikan foto atau video hewan lucu di media sosial ternyata bisa memperkuat koneksi dan hubungan digital. Simak penjelasannya!
Hendaru Tri Hanggoro - Jumat, 13 Juni 2025
Kenapa Kita Suka Share dan Lihat Konten Hewan Lucu di Media Sosial? Ini Jawaban Ilmiahnya!
Fun
Strawberry Moon di Yogyakarta dan Malang! Ini Fakta Menarik di Baliknya yang Terjadi 18,6 Tahun Sekali
Strawberry Moon bukan berarti bulan berwarna merah muda. Simak fakta menarik tentang fenomena langit langka yang hanya terjadi setiap 18,6 tahun sekali ini.
Hendaru Tri Hanggoro - Kamis, 12 Juni 2025
Strawberry Moon di Yogyakarta dan Malang! Ini Fakta Menarik di Baliknya yang Terjadi 18,6 Tahun Sekali
Fun
Bahaya Screen Time Terlalu Lama Bagi Anak, Dari Cemas hingga Agresif
Studi dari American Psychological Association temukan bahwa screen time berlebihan berkaitan dengan kecemasan, depresi, dan agresi pada anak-anak. Konten dan dukungan emosional juga berperan penting.
Hendaru Tri Hanggoro - Rabu, 11 Juni 2025
Bahaya Screen Time Terlalu Lama Bagi Anak, Dari Cemas hingga Agresif
Bagikan