Tradisi

Asal-Usul Bakcang, Sajian Khas Perayaan Pe Cun

P Suryo RP Suryo R - Kamis, 25 Juni 2020
Asal-Usul Bakcang, Sajian Khas Perayaan Pe Cun

Bakcang, makanan khas festival Pe Cun (Foto Shanghai Daily)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

SETIAP tanggal 5 bulan 5 menurut penanggalan Imlek, masyarakat Tionghoa mengadakan perayaan Pe Cun. Dalam festival ini, masyarakat akan mendirikan telur, mengadakan lomba perahu naga, melakukan ritual mandi tengah hari, dan yang paling istimewa tentunya membuat dan menyantap sajian Bakcang.

Bakcang merupakan makanan khas yang terbuat dari ketan atau beras serta berisi daging atau isian lainnya demikian dikutip dari buku Peranakan Tionghoa dalam Kuliner Nusantara karangan Aji 'Chen' Bromokusumo.


Baca Juga:

Begini Sejarah Lahirnya 'Boneka Kantung' Wayang Potehi


Penganan tersebut kemudian dibungkus menyerupai piramida dengan daun bambu, lalu direbus sampai matang. Kata Bakcang sendiri berasal dari dialek Hokkian. Bak artinya daging sementara cang berarti berisi daging.


Legenda Qu Yuan

bakcang
Dibuat dari beras dan ketan yang dibungkus dengan daun bambu (Foto: Goldthread)


Sejarah Bakcang erat kaitannya dengan perayaan hari raya Pe Cun atau yang juga disebut dengan Duan Wu Jie. Menurut catatan buku sejarah Shi Ji yang ditulis sejarawan Shima Qian, acara Peh Cun dilangsungkan untuk mengenang Qu Yuan, menteri dari negara Chu yang terkenal karena bakat dan kesetiaannya.

Qu Yuan banyak memberikan ide untuk memajukan negara Chu salah satunya dengan berhasil menyatukan beberapa negara tetangga untuk menumbangkan negara Qin. Sayangnya, hal ini menimbulkan rasa tidak senang dari keluarga kerajaan. Menteri-menteri korup berupaya agar Qu Yuan dibuang dan diusir dari kerajaan.

Pasca pengusirannya itu, Qu Yuan menyepi dan mengasingkan diri. Di tengah pengasingannya, ia mendengar bahwa negara yang dicintainya diserang oleh negara Qin. Merasa sedih dan gagal memajukan negaranya, Qu Yuan kemudian bunuh diri dengan melompat ke sungai Yu Luo pada tanggal 5 bulan 5.

Menurut legenda, rakyat yang merasa sedih memutuskan untuk mencari jenazah sang menteri. Lalu mereka melemparkan nasi dan makanan lain ke dalam sungai agar ikan dan udang tidak menggangu jenazah Qu Yuan. Supaya tidak dimakan naga yang berdiam di sungai itu, rakyat membungkus makanan yang dilemparkan dengan bumbung bambu. Tetapi karena bumbung bambu sulit didapatkan, maka akhirnya sekarang dibungkus dengan daun bambu atau daun teratai seperti Bakcang yang kita kenal saat ini.

Pada zaman Dinasti Ming akhir bentuk Bakcang yang terkenal adalah bulat gepeng. Isinya juga bukan hanya daging, melainkan sayur-sayuran. Ada pula Bakcang yang dibuat dengan ukuran kecil tanpa isian yang dimakan bersama serikaya.


Baca Juga:

Serba Unik, Mengenal 4 Tradisi Lamaran Adat Khas Indonesia


Bentuk Bakcang

bakcang
Ada berbagai bentuk dan jenis Bakcang (Foto MP/Rizki Fitrianto)


Bentuk Bakcang pun juga bermacam-macam. Bakcang yang sering kita lihat saat ini hanyalah satu dari banyak bentuk dan jenis lainnya. Bakcang memiliki varian lain yang disebut sebagai Kicang, Kuecang atau Kwecang. Bedanya, jika Bakcang berisi daging dengan lauk lainnya, Kicang terbuat dari beras ketan tanpa penambahan apapun.

Selain itu, Kicang berwarna kekuningan, mengilap, dan kenyal ketika digigit. Biasanya daun pembungkus Bakcang berwarna lebih gelap karena ditambahkan kecap. Sementara pembungkus Kicang memiliki warna lebih muda. Namun keduanya sama-sama dibungkus daun bambu dan direbus selama beberapa jam.

Sebenarnya tradisi makan Bakcang ini sudah jadi kegiatan resmi dalam festival Duan Wu sejak zaman Dinasti Jin. Sejak saat itu, Bakcang selalu jadi santapan simbolik dalam festival tersebut.


Pe cun di Indonesia

naga
Istilah Pe Cun berasal dari dialek Hokkian yang berarti mendayung perahu (Foto: MP/Rizki Fitrianto)


Di Indonesia sendiri, perayaan ini lebih dikenal dengan sebutan Pe Cun. Istilah Pe Cun berasal dari dialek Hokkian pa long chuan yang berarti mendayung atau mengemudikan perahu naga.

Tradisi perahu naga ini berasal dari cerita para nelayan yang mencari jenazah Qu Yuan di sungai Yu Luo dengan menaiki perahu. Lomba mendayung secara beregu itu sudah ada sejak jaman Negara Berperang (475 SM-221 SM) hingga saat ini. Biasanya diselenggarakan di 'Mainland' (Hunan), Hongkong, Taiwan, maupun Amerika setiap tahunnya. Walaupun di Indonesia perlombaan perahu naga ini sudah tidak umum, namun istilah Pe Cun masih tetap melekat untuk menyebut festival tersebut.

Sementara untuk tradisi menegakkan telur di perayaan Pe Cun masih sering dilakukan. Biasanya telur akan ditegakkan tepat pukul 12 siang di lapangan luas. Selain telur, jarum juga dipercaya dapat berdiri pada waktu-waktu ini. Konon, masyarakat Tionghoa percaya ada kekuatan magis yang muncul tepat pukul 12 pada tanggal 5 bulan 5 penanggalan lunar. Konon kabarnya orang-orang yang tengah berduka dilarang memakan bakcang atau makanan yang menggunakan pembungkus daun. Kabarnya dapat mendatangkan kemalangan. (sam)


Baca Juga:

Batik Kriyan, Batik Baru Cirebon dengan Pewarna Alami

#Tionghoa #Kuliner Tionghoa #Indonesia Tionghoa #Peranakan Tionghoa
Bagikan
Ditulis Oleh

P Suryo R

Stay stoned on your love

Berita Terkait

Berita Foto
Umat Buddha Gelar Buka Puasa Bersama untuk Umat Muslim saat Ramadan 1446 H di Vihara Dharma Bakti
Umat membagikan makanan untuk buka puasa bagi umat muslim di Vihara Dharma Bakti, Petak Sembilan, Jakarta Barat, Senin (10/3/2025).
Didik Setiawan - Senin, 10 Maret 2025
Umat Buddha Gelar Buka Puasa Bersama untuk Umat Muslim saat Ramadan 1446 H di Vihara Dharma Bakti
Berita Foto
Warga Etnis Tionghoa Berburu Pernak-pernik Jelang Perayaan Imlek 2025
Warga Etnis Tionghoa memilih berbagai pernak-pernik Imlek di Kawasan Pecinan Glodok, Taman Sari, Jakarta Barat, Senin (20/1/2025).
Didik Setiawan - Senin, 20 Januari 2025
Warga Etnis Tionghoa Berburu Pernak-pernik Jelang Perayaan Imlek 2025
Indonesia
Komunitas Tionghoa Curhat ke RIDO, Jakarta Harus Punya Gedung Opera Kesenian
Ridwan Kamil dan Suswono (RIDO), menerima masukan dari Komunitas Tionghoa terkait gedung Chinese Opera
Frengky Aruan - Rabu, 23 Oktober 2024
Komunitas Tionghoa Curhat ke RIDO, Jakarta Harus Punya Gedung Opera Kesenian
Indonesia
Bertemu Komunitas Tionghoa, Ridwan Kamil Pamer Punya 20 Karya di China
Ridwan Kamil (RK) atau Bang Emil blusukan di Kawasan Glodok, Jakarta Barat, Rabu (23/10).
Frengky Aruan - Rabu, 23 Oktober 2024
Bertemu Komunitas Tionghoa, Ridwan Kamil Pamer Punya 20 Karya di China
Indonesia
Di Hadapan Perhimpunan INTI, Pramono: Saya Jadi Pemimpin Semua Golongan jika Terpilih
Calon gubernur (Cagub) Jakarta nomor urut 3 Pramono Anung menghadiri acara Silaturahmi Kebangsaan yang diadakan oleh Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI).
Frengky Aruan - Minggu, 13 Oktober 2024
Di Hadapan Perhimpunan INTI, Pramono: Saya Jadi Pemimpin Semua Golongan jika Terpilih
Kuliner
Menikmati Hot Pot Gaya Sichuan di Pusat Kota Jakarta
Haidilao fokus menyajikan hot pot gaya Sichuan yang bertujuan memberikan pengalaman makan yang nyaman dan menyenangkan
Hendaru Tri Hanggoro - Jumat, 22 Maret 2024
Menikmati Hot Pot Gaya Sichuan di Pusat Kota Jakarta
Indonesia
Museum Benteng Heritage Kini Bisa Dikunjungi secara Virtual
Museum Benteng Heritage kini sudah bisa dikunjungi secara virtual.
Soffi Amira - Senin, 26 Februari 2024
Museum Benteng Heritage Kini Bisa Dikunjungi secara Virtual
Lifestyle
Memahami Makna di Balik Angka 8 dalam Kepercayaan Masyarakat Tionghoa
Masyarakat Tionghoa memiliki sejumlah nilai filosofis yang kaya, dan salah satunya adalah keyakinan terhadap angka 8.
Pradia Eggi - Rabu, 24 Januari 2024
Memahami Makna di Balik Angka 8 dalam Kepercayaan Masyarakat Tionghoa
Indonesia
Lampion dan Dekorasi Naga Warnai Kota Solo
Beberapa kegiatan, di antaranya karnaval, bazar kuliner, dan panggung hiburan dan grebeg Sudiro sendiri merupakan bagian dari perayaan Imlek di Solo.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 23 Januari 2024
Lampion dan Dekorasi Naga Warnai Kota Solo
Tradisi
Akulturasi Budaya Cirebon dan Tionghoa dalam Festival Pecinan Cirebon
Wujud nyata melestarikan kekayaan seni dan budaya Cirebon.
Hendaru Tri Hanggoro - Sabtu, 04 Februari 2023
Akulturasi Budaya Cirebon dan Tionghoa dalam Festival Pecinan Cirebon
Bagikan