Apa itu Short Selling? Peluang Untung di Tengah Penurunan Saham


Ilustrasi short selling. Foto Freepik
MerahPutih.com - Apa itu short selling? Tentu bagi Anda yang baru mendengar istilah ini bisa langsung gagal paham.
Short selling merupakan satu strategi yang bisa dimanfaatkan oleh investor untuk berinvestasi di pasar saham.
Namun, strategi ini memiliki risiko yang cukup tinggi, karena pada dasarnya, investor melakukan transaksi dengan "meminjam" saham dari anggota bursa (AB) untuk kemudian dijual.
Strategi ini memungkinkan investor mendapatkan keuntungan jika harga saham yang dijual turun, tetapi jika prediksi salah dan harga saham naik, potensi kerugian bisa sangat besar.
Baca juga:
Apa Itu Salus Populi Suprema Lex Esto? Bergema di Debat Perdana Pilgub Jakarta 2024
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) baru-baru ini mengumumkan bahwa mekanisme short selling direncanakan akan kembali diberlakukan pada Oktober 2024.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK, Inarno Djajadi, menyatakan bahwa kebijakan ini diharapkan dapat berjalan sesuai jadwal, guna mendorong likuiditas dan fair price discovery di pasar saham.
Bursa Efek Indonesia (BEI) juga telah bersiap untuk mengaktifkan kembali transaksi short selling dengan tujuan meningkatkan minat investor serta menyediakan peluang bagi mereka yang ingin mengambil keuntungan di tengah pasar yang sedang bearish.
Meskipun begitu, penting untuk dicatat bahwa tidak semua saham dapat ditransaksikan dengan metode ini. Hanya saham-saham tertentu yang ditentukan oleh BEI yang bisa digunakan untuk short selling.
Baca juga:
Apa itu Kematian Nokturnal Mendadak? Waspada Ini Biang Keroknya
Apa itu Short Selling

Banyak pedagang saham mencoba meraih keuntungan dari saham yang nilainya naik. Namun, beberapa justru melakukan hal sebaliknya mereka mencoba mendapatkan keuntungan dari penurunan nilai saham melalui strategi yang dikenal sebagai short selling.
Short selling melibatkan meminjam saham yang harganya diperkirakan akan turun, lalu menjualnya di pasar terbuka.
Kemudian, saham yang sama dibeli kembali di kemudian hari, dengan harapan harganya lebih rendah daripada saat dijual. Setelah itu, saham tersebut dikembalikan kepada pialang yang meminjamkannya, dan selisih harga tersebut menjadi keuntungan.
Sebagai contoh, misalkan harga saham saat ini adalah $50 per lembar (sekitar Rp 775.000 dengan asumsi kurs Rp 15.500 per dolar). Anda meminjam 100 lembar saham dan menjualnya seharga $5.000 (sekitar Rp 77.500.000).
Ketika harga turun menjadi $25 per lembar (sekitar Rp387.500), Anda membeli kembali 100 lembar saham tersebut untuk mengganti yang dipinjam, sehingga Anda mendapatkan keuntungan sebesar $2.500 (sekitar Rp 38.750.000).
Baca juga:
Meskipun short selling terlihat sederhana, jenis perdagangan spekulatif ini melibatkan risiko yang cukup besar. Oleh karena itu, penting untuk memahami cara kerjanya dan mempertimbangkan segala risikonya sebelum memutuskan untuk melakukannya.
Cara Kerja Short Selling
Dalam transaksi short selling, seorang investor meminjam saham dari pihak lain, seperti pialang saham, untuk dijual pada harga yang lebih tinggi.
Ketika harga saham turun, investor membeli kembali saham tersebut dengan harga lebih rendah dan mengembalikannya kepada peminjam. Selisih antara harga jual dan beli itulah yang menjadi keuntungan investor.
Namun, kunci sukses dalam strategi short selling adalah kemampuan untuk memprediksi pergerakan pasar dengan tepat.
Jika harga saham malah naik, investor akan mengalami kerugian yang berpotensi tidak terbatas.
Baca juga:
Regulasi Short Selling di Indonesia
Di Indonesia, transaksi short selling sudah diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 55 Tahun 2020 tentang Pembiayaan Transaksi Efek oleh Perusahaan Efek bagi Nasabah dan Transaksi Short Selling oleh Perusahaan Efek.
Selain OJK, perusahaan sekuritas atau anggota bursa juga menetapkan aturan terkait masa peminjaman saham dan kewajiban pengembalian sesuai perjanjian. Jika investor melanggar aturan ini, mereka bisa dikenakan denda atau penyitaan jaminan.
Short selling memang berpotensi memberikan keuntungan besar jika prediksi harga tepat, namun risiko kerugian tetap harus diperhitungkan karena harga saham bisa bergerak di luar perkiraan.
Oleh karena itu, strategi short selling ini umumnya digunakan oleh investor berpengalaman yang sudah memahami dinamika pasar saham dengan baik.
Bagikan
ImanK
Berita Terkait
Pemerintah Diminta Ambil Saham Mayoritas BCA, Komisi XI DPR: Jangan Bikin Gaduh

BEI Belum Mau Hapus Saham Sritex, Meskipun Sudah Masuk Kriteria Delisting

Eks CEO XL Dian Siswarini Jadi Bos Baru Telkom, Saham Melonjak 30 Poin

Sarankan Prabowo Hati-hati Keluarkan Pernyataan soal Pasar Saham, Ekonom: Kepercayaan Investor bisa Hilang

Pelemahan IHSG Berlanjut, Investor Lokal Alami Kepanikan

IHSG Ditutup Melemah pada Penutupan Perdagangan Hari Pertama setelah Libur Panjang Lebaran, Analis Sebut Pengaruh Tarif Impor Baru AS

IHSG Turun 9,16 Persen, BEI Hentikan Perdagangan

Balasan Penerapan Tarif Resiprokal AS Bakal Guncang Pasar Saham

Saham Perbankan Menguat, Ekonom Mirae Asset Sekuritas Ingatkan Masih Ada Potensi Rentan

Buyback Saham Tanpa RUPS Hanya Bikin IHSG Kuat Sementara, Tidak Menyentuh Akar Masalah
