Alat Skrining COVID-19 Buatan UGM Dapat Izin Edar Kemenkes

Petugas menunjukkan alat tes cepat COVID-19 melalui embusan nafas yang diberi nama GeNose hasil inovasi Universitas Gadjah Mada (UGM). ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko/wsj.
Merahputih.com - Alat skrining COVID-19, GeNose, buatan Universitas Gadjah Mada, mendapat izin edar dari Kementerian Kesehatan dengan nomor AKD 20401022883 sehingga bisa diproduksi massal dan didistribusikan ke masyarakat.
Artinya, mulai saat ini GeNose sudah bisa diproduksi massal dan didistribusikan dan dipakai untuk kepentingan masyarakat.
"Terutama dalam tentunya skrining COVID-19," kata Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang PS Brodjonegoro dalam konferensi pers virtual Perkembangan GeNose dan Rapid Test Antigen CePAD, Jakarta, Senin (28/12).
Baca Juga
Izin edar tersebut diperoleh pada 24 Desember 2020. Keberadaan alat itu penting untuk menjawab kebutuhan skrining COVID-19 dalam waktu cepat.
"Alat ini bisa dianggap sebagai alat yang akurat, cepat, aman dan terjangkau dengan teknologi dan desain lokal serta yang masih impor adalah komponen elektroniknya," tutur Menristek Bambang.
GeNose memiliki sensitifitas 92 persen dan spesifitas 95 persen. Kapasitas produksi pada Februari 2021 diharapkan lebih dari 5.000 unit. Kelebihan GeNsoe adalah bersifat non invasif sehingga yang dibutuhkan hanya mengembuskan nafas untuk mendeteksi COVID-19.

Hasil deteksi cepat diketahui tidak lebih dari lima menit. Alat itu juga tidak memerlukan reagen dan bahan kimia lain. Biaya tes dengan alat itu juga terjangkau dan hanya butuh NRM (non-rebreathing masker) dan hepa filter sekali pakai.
Alat tersebut memiliki realibilitas tinggi karena menggunakan sensor yang dapat dipakai hingga puluhan ribu pasien dalam jangka lama. Data analisis GeNose telah terhubung ke sistem Cloud untuk diakses dalam jaringan (online).
Pada sistem kerja GeNose, nafas pasien diambil samplenya dengan meniup balon atau plastik. Sample nafas tersebut dimasukkan ke "sensing unit" yang terdiri dari beberapa puluh sensor udara.
Baca Juga
Denda Rp5 Juta Ogah Vaksinasi Digugat, Wagub DKI Siap Dialog
Sensor tersebut, sebagaimana dikutip Antara, menggunakan pendekatan kecerdasan buatan yang akan mendeteksi partikel atau volatile organic compound (VOC) yang dikeluarkan spesifik pengidap COVID-19.
"Yang dideteksi di sini bukan virus penyebab COVID-19, tetapi yang dideteksi di sini adalah partikel atau senyawa yang memang secara spesifik akan berbeda kalau dia dikeluarkan oleh yang mengidap COVID-19," ujarnya. (*)
Bagikan
Angga Yudha Pratama
Berita Terkait
UGM Nonaktifkan Status Mahasiswa Dwi Hartono Tersangka Otak Pembunuhan Kepala Cabang BRI

Ciri-Ciri dan Risiko Warga Yang Alami Long COVID

[HOAKS atau FAKTA]: Polisi dan Kejaksaan Periksa semua Orang yang Ikut Temu Alumni UGM bersama Jokowi
![[HOAKS atau FAKTA]: Polisi dan Kejaksaan Periksa semua Orang yang Ikut Temu Alumni UGM bersama Jokowi](https://img.merahputih.com/media/87/d4/c2/87d4c2f6df5e66141ccee3b8612dbf8b_182x135.jpeg)
Kunjungi Fakultas Kehutanan UGM, Jokowi Mau Reuni dengan Teman Kuliah

Kemenlu Ungkap Diplomat Arya Daru Pernah Hadapi Bahaya di Turki dan Iran Hingga Saksi Kasus TPPO di Jepang

Diplomat Muda Tewas Dilakban di Kamar Kos, UGM Selaku Almamater Angkat Suara

Sosok Mahasiswa UGM yang Tewas Tenggelam di Maluku Tenggara Disebut Punya Pengabdian Tinggi dan Penuh Dedikasi

Kronologi 2 Mahasiswa KKN UGM Meninggal Akibat Perahu Terbalik di Maluku

Jasad 2 Mahasiswa KKN UGM Korban Kapal Terbalik Diserahkan RS, Pemulangan Tanggung Jawab Keluarga

Kemenkes Temukan 1 Kasus Positif COVID dari 32 Spesimen Pemeriksa
