Alasan Orang Asia Paling Banyak Menderita Hipertensi


Hipertensi jas putih terjadi karena ketakutan pemeriksaan oleh dokter. (Foto: Pexels/Thirdman)
MerahPutih.com - Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) milik Kementerian Kesehatan yang dirilis pada tahun 2018, prevalensi penderita hipertensi di Indonesia telah mencapai 34,1 persen.
Temuan di rumah sakit menunjukkan bahwa banyak pasien hipertensi mengalami komplikasi seperti stroke, serangan jantung, gagal ginjal hingga cuci darah. Kondisi itu bahkan sudah ditemukan di usia yang jauh lebih muda.
Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia (Indonesian Society of Hypertension/INASH) menjelaskan mengapa orang Asia lebih rentan terkena penyakit hipertensi dibandingkan ras lainnya yang berada di seluruh dunia.
“Populasi Asia itu punya gen yang sensitif dengan garam. Dibandingkan dengan (orang) Eropa, ini merupakan salah satu faktor risiko terjadinya tekanan darah tinggi atau hipertensi dan ini berbeda dengan ras Kaukasia,” kata Ketua Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia dr. Eka Harmeiwaty, Sp.S saat ditemui di Jakarta, Jumat (17/5).
Baca juga:
Hipertensi Jas Putih, ketika Kecemasan Diperiksa Dokter Meningkatkan Tekanan Darah
Eka menuturkan salah satu faktor gen Asia cenderung sensitif dengan garam disebabkan oleh adanya budaya makan yang telah terbentuk sejak dulu tidak bisa lepas dari makanan-makanan yang rasanya asin. Di Jepang, Korea dan China misalnya, mereka menyukai makanan yang telah difermentasi seperti stinky tofu (tahu busuk), kimchi dan natto.
Sementara di Indonesia, makanan yang dia sebutkan identik dengan rasa asin dan digemari seperti sambal, saos sambal, ikan asin sampai camilan dan makanan beku yang dijual di pusat perbelanjaan.
“Garam itu menyebabkan resistensi cairan, makanya volume darah banyak, jadi, tekanan darah tinggi,” kata dia.
Eka mengatakan jika sebelumnya faktor risiko hipertensi banyak ditemukan pada pasien yang berusia 55 tahun ke atas, saat ini trennya bergeser ke arah usia 30 sampai 40 tahun. Tren itu juga berlaku pada kondisi secara global.
Baca juga:
Mengukur Keakuratan Diagnosis Hipertensi
“Itu sudah genetik dan genetik itu sudah tidak bisa di apa-apakan. Orang Asia itu memang secara genetik lebih sensitif dengan garam,” ujarnya.
Eka menyarankan, supaya masyarakat tidak mengonsumsi garam lebih dari lima gram per hari atau setara dengan satu sendok teh per orang per hari.
"Dibandingkan dengan membeli makanan siap saji, dia mengatakan lebih baik untuk memasak lauk pauk di rumah karena takaran bumbu yang dapat diatur sesuai kebutuhan masing-masing orang," katanya.
Konsumsi daun seledri dan mentimun dapat menurunkan tekanan darah tinggi. Sedangkan terkait dengan minuman, dia menyarankan agar penderita hipertensi memperbanyak konsumsi air putih.
"Tidak dianjurkan bagi penderita hipertensi meminum banyak kopi, terutama dengan hipertensi berat. Kalaupun ingin minum kopi, penderita dapat memilih kopi hitam yang lebih sehat dan berkhasiat bagi tubuh," ungkapnya dikutip Antara. (*)
Bagikan
Alwan Ridha Ramdani
Berita Terkait
Stop Sekarang! Kebiasaan Sepele Ini Diam-Diam Picu Hipertensi di Usia Muda!

Kenali Tanda Bahaya Tekanan Darah Tinggi Ekstrem Sebelum Terlambat

Apa Itu Hipertensi? Penjelasan Lengkap, Gejala, dan Cara Mengatasi

Batas Aman Konsumsi Daging agar Darah Tinggi Tidak Kambuh

Jawaban Ahli soal Daging Kambing Tingkatkan Risiko Hipertensi

3 Bahan Memasak di Dapur ini Bisa Turunkan Tekanan Darah

3 Bahan Masakan di Dapur untuk Atasi Hipertensi, Ampuh Turunkan Tekanan Darah

Hipertensi Juga Menyerang Kalangan Usia Lebih Muda, 10 Tip Ini Perlu Jadi Perhatian

Hipertensi Jadi Penyebab Kematian ke-4 Tertinggi di Indonesia

Penting, Rajin Minum Air dan Obat bagi Jemaah Calon Haji dengan Hipertensi
