Alasan Kesehatan Jiwa Masuk dalam Sustainable Development Goal
Tanpa kesehatan mental yang baik, semua sendi kehidupan menjadi buruk. (Foto: Pixabay/sweetlouise)
GANGGUAN jiwa adalah salah satu tantangan kesehatan masyarakat yang paling signifikan di Indonesia. Tanpa kesehatan mental yang baik, orang merasa tidak mampu atau kurang mampu melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari.
Seperti perawatan diri, pendidikan, pekerjaan dan partisipasi dalam kehidupan sosial. Oleh karena itu, investasi dalam kesehatan jiwa terpadu sangat penting untuk keberlanjutan kebijakan kesehatan dan sosial ekonomi di negara ini.
Baca Juga:
Kenali Empat Cara Mudah Menjaga Kesehatan Mental Saat Pandemi
Prevalensi masalah kesehatan jiwa di masyarakat Indonesia cukup besar dan menimbulkan beban kesehatan yang signifikan. Hasil RISEKESDAS (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2018 menunjukkan prevalensi rumah tangga dengan anggota yang menderita skizofrenia/psikosis sebesar 7/1000 sementara gangguan mental emosional pada remaja berusia >15 tahun sebesar 9,8%.
Angka ini meningkat dibandingkan tahun 2013. Sebagian dari masalah kesehatan jiwa tersebut berlangsung lama (kronik) sehingga membutuhkan kesinambungan layanan dan pencegahan kekambuhan di masyarakat. Sementara sebagian lagi dapat dicegah keberadaannya melalui upaya promotif dan preventif.
Kesejahteraan jiwa adalah komponen mendasar dari definisi kesehatan versi WHO. Ini memungkinkan orang untuk menyadari potensi mereka, mengatasi tekanan hidup yang normal, bekerja secara produktif dan berkontribusi pada komunitas mereka.
Baca Juga:
Kesehatan jiwa sangatlah penting dan Indonesia memiliki jalan panjang untuk mencapainya. Diperlukan manajemen kesehatan jiwa yang komprehensif berdasarkan pendekatan seumur hidup untuk mencapai pemerataan melalui jaminan kesehatan universal.
Begitu krusialnya kesehatan mental hingga ia dicantumkan dalam agenda Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goal / SDG). Pembangunan itu termasuk nilai intrinsik dari kesehatan mental yang baik. Kemudian mempertimbangkan konsekuensi luas dari gangguan mental, dan pendekatan komprehensif yang bersifat multi-sektoral untuk pembentukan, pelestarian, dan pemulihannya.
Tidak ada kesehatan tanpa kesehatan mental. Diperlukan tindakan lintas sektor untuk meningkatkan kesehatan mental dan kesejahteraan. (avia)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
Raphael Varane Ngaku Alami Depresi saat Masih di Real Madrid, Paling Parah setelah Piala Dunia 2018!
SDM Dokter belum Terpenuhi, Kemenkes Tunda Serahkan RS Kardiologi Emirate ke Pemkot Solo
Program Pemutihan BPJS Kesehatan Berlangsung di 2025, ini Cara Ikut dan Tahapannya
Prodia Hadirkan PCMC sebagai Layanan Multiomics Berbasis Mass Spectrometry
Senang Ada Temuan Kasus Tb, Wamenkes: Bisa Langsung Diobati
Momen Garda Medika Hadirkan Fitur Express Discharge Permudah Layanan Rawat Jalan
Cak Imin Imbau Penunggak Iuran BPJS Kesehatan Daftar Ulang Biar Bisa Diputihkan
23 Juta Tunggakan Peserta BPJS Kesehatan Dihapuskan, Ini Syarat Penerimanya
Trik Dokter Jaga Imun: Vitamin, Hidrasi & Tidur Lawan Penyakit Cuaca Ekstrem
Kejar Target, Cek Kesehatan Gratis Bakal Datangi Kantor dan Komunitas