Agroforestri Salak Bali Ditetapkan Jadi Warisan Pertanian Dunia FAO
FAO tetapkan agroforestri salak bali sebagai warisan pertanian dunia.(foto: pexels-adityo-cahyo-)
MERAHPUTIH.COM - SISTEM budi daya (agroforestri) salak bali punya arti penting bagi pertanian global. Sistem tanam salak bali menunjukkan penghidupan dan keanekaragaman hayati serta praktik pengetahuan nan berkelanjutan. Hal itulah yang menjadi alasan bagi FAO menetapkan agroforestri salak bali sebagai sebagai warisan pertanian dunia.
"Ketetapan ini dilakukan kelompok penasihat ilmiah Globally Importan Agricultural Heritage System (GIAHS) saat menggelar pertemuan pada Kamis, 19 September 2024," kata Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian Moch Arief Cahyono dalam keterangan resmi yang dilansir ANTARA, Senin (23/9).
Selain dinilai mengusung praktik berkelanjutan, agroforestri salak bali juga dinilai punya lanskap menakjubkan. Budi daya buah dengan kulit bersisik ini juga disebut memiliki nilai-nilai kebudayaan dan praktik-praktik ketahanan pangan. Sistem tersebut memiliki arti yang penting pada kelestarian dan mata pencaharian.
FAO menyebut setiap bagian dari pohon salak bali kerap dimanfaatkan masyarakat untuk berbagai keperluan sehingga menjadikannya sebagai tanaman tanpa limbah. Hal itu menunjukkan efisiensi sumber daya yang sangat tinggi. Hal itu menjadi salah satu alasan sistem ini dinilai sangat berkelanjutan oleh FAO.
Baca juga:
"Masyarakat Bali juga mengintegrasikan sistem agroforesti dengan tanaman mangga, pisang, dan tanaman obat sehingga mampu memperluas diversifikasi tanaman," ujar Arief.
FAO menilai agroforestri di Bali mampu mengintegrasikan budidaya buah salak dengan beragam tanaman. Sistem ini dikembangkan masyarakat adat Bali dengan menggunakan sistem subak tradisional dalam pengelolaan air.
Hebatnya, sistem ini mampu menunjukkan keamanan pangan serta menjaga nilai-nilai sosial dan warisan budaya lokal dan bahkan mampu memiliki tingkat keberlanjutan yang sangat baik untuk generasi mendatang.
"Pertanian kita memiliki ragam komoditas yang kalau kita kembangkan mampu memiliki aspek lain seperti peningkatan ekonomi, daya saing dan yang pasti warisan sejarah yang terus dijaga," katanya.
FAO juga, tambah Arief, menetapkan sistem budidaya kolam ikan karper di Australia dan sistem agroforestri kakao di Sao Tome dan Principe. Dengan tambahan terbaru ini, maka daftar sistem pertanian global kini terdiri 89 sistem di 28 negara di seluruh dunia.(*)
Baca juga:
Bagikan
Berita Terkait
Sepakat Kerja Sama di Bidang Ekonomi dan Sains, Presiden Brasil Harap Bisa Untungkan 2 Negara
Ilmuwan Peneliti Material Baru Terima Hadiah Nobel Kimia, Temuannya Dapat Bantu Selamatkan Planet
Tiga Ilmuwan Raih Hadiah Nobel Fisika, Berjasa dalam Komputasi Kuantum
Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia
Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim
Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii
Batu Mars Terbesar di Dunia Dilelang, Terjual Seharga Rp 86,25 Miliar
Jokowi Terkena Alergi Parah, para Ahli Sebut Perubahan Iklim Memperburuk Kondisi Ini
Kenapa Kita Suka Share dan Lihat Konten Hewan Lucu di Media Sosial? Ini Jawaban Ilmiahnya!
Strawberry Moon di Yogyakarta dan Malang! Ini Fakta Menarik di Baliknya yang Terjadi 18,6 Tahun Sekali