5 Langkah Bebas Stres Sebelum Operasi Mata


Salah satu mesin tercanggih di SILC Lasik Center dan kini pertama di Indonesia. (Foto: SILC Lasik Center)
MENDENGAR kata operasi mungkin kamu sudah merinding, karena membayangkan pisau bedah seliweran. Apalagi kalau yang dioperasi adalah mata. Kena debu atau kelilipan mata saja bisa sakit, bagaimana kalau kena pisau bedah?
Dr. Sophia Pujiastuti, SpM(K), MM, pendiri SILC Lasik Center yang punya pengalaman belasan tahun dalam bidang operasi lasik, mengatakan bahwa rasa takut atau stres memengaruhi seseorang ketika ingin operasi mata. Sophia pun membagikan lima tips untuk meminimalkan stres tersebut.
Baca juga:
Pertimbangkan 5 Hal ini Sebelum Pilih Rumah Sakit untuk Operasi Katarak

1. Gali Informasi Sedalam Mungkin
Jangan ragu untuk menanyakan hal-hal yang mengganggu pikiranmu, termasuk yang terkesan sangat sepele. Tanyakan tentang prodesur operasi mata yang akan kmau jalani, risiko komplikasi, durasi waktu pemulihan, dan hal apa yang mungkin terjadi saat operasi. Apakah pasien akan merasa sakit, termasuk apa saja yang harus dilakukan sebelum dan sesudah operasi.
“Sebelum operasi, klinik akan melakukan berbagai pemeriksaan awal terlebih dahulu, memastikan bahwa calon pasien layak untuk menjalani operasi. Sesudah dinyatakan layak, klinik akan memberi edukasi dan informasi secara detail. Namun, perlu diingat, tingkat keberhasilan operasi mata juga sangat tergantung pada tingkat kepatuhan pasien," kata Sophia.
2. Pilih Klinik Tepercaya
Ada banyak pilihan klinik mata dan poli mata di rumah sakit yang menyediakan operasi mata. Lalu, bagaimana menemukan klinik mata yang tepat dan tepercaya?
"Klinik yang bagus memiliki standar prosedur operasi menjadi panduan bagi semua dokter mata yang bekerja di sana. Ini penting agar siapa pun dokter yang menangani, hasil operasinya akan sesuai standar yang diharapkan. Panduan tersebut juga berfungsi untuk memagari agar tidak terjadi hal-hal di luar ekspektasi,” kata Sophia.
Di samping itu, pilihlah klinik yang menggunakan mesin berteknologi terkini dengan tingkat akurasi yang tinggi, sehingga hasil operasi bisa maksimal. Tidak kalah penting untuk memilih klinik yang digawangi oleh dokter mata berpengalaman.
“Satu hal lagi, cari tahu klinik mata yang menawarkan harga terjangkau. Karena, biaya menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kecemasan. Klinik yang dilengkapi mesin berteknologi canggih tak harus menetapkan biaya sangat tinggi, kok," tuturnya.
3. Cari Dokter yang Tepat
Teknologi mesin untuk operasi mata terus berkembang menjadi semakin canggih. Lalu, karena mesinnya sudah begitu mutakhir, apakah berarti tingkat keahlian dokter menjadi tidak penting?
"Jangan lupa, mesin tidak berjalan sendiri. Ada operator yang memprogram dan menjalankan program tersebut. Di meja operasi, dokter mata lah yang menjadi programmer-nya. Ibarat pembalap, secanggih-canggihnya mobil balap, menang atau kalahnya sangat tergantung pada siapa yang mengendarai mobil tersebut," kata Sophia.
Ia sendiri melakukan transfer pengetahuan kepada kolega dokter di kliniknya agar hasil operasi sesuai standar. Itu berarti, seharusnya dokter mata dalam satu klinik mempunyai keahlian dan keterampilan yang sama.
Meski begitu, soal rasa tak bisa diajarkan. Maksudnya, ketika berkomunikasi dengan dokter, bisa jadi ada kecocokan atau chemistry, bisa juga tidak.
Baca Juga:

4. Pelajari Testimonial dan Rekomendasi
Ia menyarankan, calon pasien tidak hanya mempelajari review berupa kata-kata. Simak juga testimoni dalam bentuk video.
Di situ, kita bisa melihat ekspresi yang tidak dibuat-buat. Itulah mengapa, ketika ada yang mau memberi testimoni, Sophia selalu menyarankan agar pasien tersebut menyampaikan apa saja yang dirasakan dan dialami secara apa adanya.
5. Fokus pada Rujuan
Jenis operasi mata tentu disesuaikan dengan kebutuhan pasien. Jika kamu mengalami gangguan miopia (rabun jauh), hiperopia (rabun dekat), dan astigmatisme (gangguan penglihatan akibat kelainan pada kelengkungan kornea atau lensa mata), artinya kamu membutuhkan operasi agar penglihatan kembali normal. Karena itu, kamu perlu fokus pada tujuan utama operasi, bukan pada rasa takut.
Jika kamu seorang atlet, memakai lensa kontak pasti membuat tak nyaman sehingga fokus ketika bertanding juga bisa terganggu. Atau, karena memiliki minus cukup tinggi, misalnya minus sepuluh, kamu kesulitan melihat jam ketika bangun tidur. Begitu buka mata, kamu harus mencari kacamata, baru bisa melihat jam. (and)
Baca Juga:
Bagikan
Andreas Pranatalta
Berita Terkait
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa

Periksakan ke Dokter jika Vertigo Sering Kambuh Disertai Gejala Lain, Bisa Jadi Penanda Stroke

Iuran BPJS Kesehatan Bakal Naik, Alasanya Tambah Jumlah Peserta Penerima Bantuan Iuran
