Wisata Indonesia

5 Kebiasaan di Jogja yang Harus Dipahami Traveler

P Suryo RP Suryo R - Minggu, 29 April 2018
5 Kebiasaan di Jogja yang Harus Dipahami Traveler

Suasana Malioboro menjelang malam. (Foto: weamblo)

Ukuran:
14
Font:
Audio:

SIAPA yang tak kenal dengan Yogyakarta, kota wisata yang terkenal masih memegang teguh budaya. Masyarakat Yogyakartapun memiliki kebiasaan hidup yang unik. Mereka terkenal dengan sikap guyub (kekeluargaannya) yang erat dan sopan santun yang tinggi.

Para traveler yang hendak wisata ke Yogyakarta sebaiknya mempelajari beberapa kebiasaan ini agar tidak bingung dan salah tingkah saat berwisata ke kota budaya ini.

Kebiasaan di Yogyakarta bisa jadi tidak umum bagi sebagian pelancong. Namun jangan khawatir karena Yogyakarta memiliki toleransi yang tinggi, kamu malah dapat belajar banyak tentang kebiasaan di sana.

tugu jogja
Tugu, salah satu petunjuk arah di kota Yogyakarta. (Foto: MP/Teressa Ika)


1. Petunjuk Arah Pakai Mata Angin


Orang Jogja tidak memberi petunjuk arah dengan kanan dan kiri. Mereka terbiasa memberi petunjuk jalan dengan menggunakan arah mata angin yakni utara, timur, barat dan selatan. Patokan utama arah utara adalah Gunung Merapi. Sementara selatan adalah Keraton Yogyakarta atau Tugu Yogyakarta.

Sebelum kamu pergi ke Yogyakarta, ada baiknya membuka peta dan mengingat letak gunung Merapi dan Keraton Yogyakarta. Ingat pula bentuk Kota Yogyakarta yang berbentuk persegi empat. Sangat disarankan untuk membawa kompas atau memahami arah mata angin.

Saat tiba di Yogyakarta, tanyalah kepada orang lokal di mana letak gunung Merapi dan keraton. Ini akan memudahkan kamu mengetahui arah Utara dan Selatan. Saat cuaca cerah, kamu mudah mengetahui letak Merapi dari Kota Yogyakarta sehingga mudah untuk mengetahui arah mata angin.

Seandainya kamu bingung letak Gunung Merapi. Kamu bisa gunakan logika persegi empat dan mengingat posisi beberapa objek wisata terkenal di dalam peta. Ini akan sangat membantu menuju objek wisata tersebut.


2. Sarapan Soto, Malam Nongkrong di Angkringan


Orang Yogyakarta terbiasa sarapan pagi dengan soto atau sop. Mereka biasa makan nasi soto dan gorengan. Maka warung-warung dan gerobak soto banyak ditemui pada pagi hari. Biasanya pedagang soto mulai beroperasi pukul 06.00 hingga 11.00.

Sesudah itu mereka akan menutup gerobak dan bergantian berjualan dengan pedagang lainnya atau berjualan makanan lainnya. Maka waktu yang paling pas untuk menyantap Soto khas Yogyakarta adalah pagi hari.

Sebaliknya warga Yogyakarta biasa makan malam di angkringan. Gerobak angkringan biasa mulai dibuka sekitar pukul 17.30 hingga 23.00. Pelancong yang ingin merasakan sensasi makan di angkringan, keluarlah pada malam hari.

Selain angkringan, ada banyak lesehan Gudeg yang mulai beroperasi pada malam hari. Gudeg-gudeg ini biasa menggelar dagangannya di emperan toko mulai pukul 21.00 hingga 04.00 dini hari. Kamu tidak perlu khawatir kelaparan ditengah malam.

gudeg jogja
Gudeg makanan khas Jogja. (Foto: MP/Teressa Ika)


3. Tisue dan Sambal Instan


Tisue dan sambal instan jamak ditemui di rumah makan atau warung pinggiran di kota-kota lain. Tapi tidak di Yogyakarta. Hampir semua angkringan dan lesehan kaki lima tidak menyediakan tisue dan sambal instan. Angkringan atau gerobak bakmi Jawa hanya menyiapkan cabe rawit sebagai penambah pedas. Beberapa rumah makan juga tidak menyiapkan tisue.

Begitu juga di toilet umum. Jarang sekali ada yang menyediakan tisue. Tisue hanya bisa dijumpai di restoran atau di rumah makan besar. Kamu yang hendak traveling ke Yogyakarta, sebaiknya membawa tisue lembaran sendiri. Para pelancong yang gemar pedas juga sebaiknya membawa sambal instan sachet di dalam tas.


4. Minim Penerangan di Objek Wisata pada Malam Hari


Walau menjadi salah satu destinasi wisata favorit di pulau Jawa, masih banyak lokasi wisata di Yogyakarta yang minim penerangan di malam hari. Hampir semua Pantai di Gunung Kidul, Bantul dan Kulonprogo gelap saat malam hari. Jalanan menuju pantai minim penerangan. Begitu pula dengan objek wisata lainnya yang berada di Kulonprogo, Gunung Kidul, Bantul dan Sleman.

Seperti salah satunya objek wisata Kalibiru dan Waduk Sermo di Kulonprogo. Usai Matahari terbenam, kawasan di sekitar lokasi akan terasa sepi dan gelap. Hanya disediakan lampu penerang jalan di beberapa titik.

Tak hanya minim penerangan, kondisi jalanan usai magribpun akan sepi. Orang Jogja punya kebiasaan pulang kerja on time dan menghabiskan waktu lebih banyak bersama keluarga. Maka usai matahari tenggelam, mereka akan menghabiskan waktu lebih banyak di dalam rumah. Kendaraan umumpun akan berhenti beroperasi setelah pukul 18.00.

Hal ini membuat kondisi jalanan lengang dan sepi beberapa jam usai senja datang. Kamu yang ingin menikmati keindahan alam di luar Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman, sebaiknya pergi saat pagi dan siang hari. Kemudian segera tinggalkan lokasi saat matahari mulai meninggalkan peraduannya.

manis jogja
Teh selalu manis di Yogyakarta. (Foto: thepioneerwoman)


5. Serba Manis


Bukan rahasia bila orang Yogya suka dengan makanan yang serba manis ketimbang gurih dan asin. Bahkan sambal pun akan terasa lebih manis dibandingkan wilayah lain. Makanan di Yogjakarta kerap ditambahkan bumbu yang serba manis seperti gula putih, gula merah dan kecap. Ada pula beberapa makanan tertentu yang memang identik dengan manis seperti Gudeg, Wajik, dan Cendol.

Buat kamu yang tidak suka dengan makanan manis, sebaiknya memesan makanan yang digoreng ketimbang dibakar atau direbus. Minta penjual menggoreng makanan sampai garing sehingga bisa mengurangi rasa manis. Pelancong yang suka makanan pedas, bisa meminta tambahan cabai atau menaikan level pedasnya.

Rasa manis juga berlaku pada minuman. Rasa teh atau Jus di Jogja lebih manis ketimbang daerah lain. Jika kamu memesan teh, makan penjual akan memberikan teh manis, bukan teh tawar. Jadi sebaiknya kamu harus mengatakan pada penjual dari awal. Wisatawan yang tidak suka manis bisa meminta penjual untuk mengurangi jumlah gula pada minuman atau membawa gula sachet sendiri.

Berita ini ditulis berdasarkan laporan Teresa Ika, reporter dan kontributor merahputih.com untuk wilayah Yogyakarta dan sekitarnya.

Baca pula: Pesawat-pesawat TNI AU

#Yogyakarta
Bagikan
Ditulis Oleh

P Suryo R

Stay stoned on your love

Berita Terkait

Indonesia
Polisi Diminta Usut Tuntas Kematian Mahasiswa Amikom, Bonnie Triyana: Tidak Ada Alasan yang Membenarkan Kekerasan Aparat Terhadap Pengunjuk Rasa
Kebebasan menyampaikan pendapat melalui unjuk rasa dijamin oleh konstitusi
Angga Yudha Pratama - Selasa, 02 September 2025
Polisi Diminta Usut Tuntas Kematian Mahasiswa Amikom, Bonnie Triyana: Tidak Ada Alasan yang Membenarkan Kekerasan Aparat Terhadap Pengunjuk Rasa
Indonesia
Pesisir Medan Berpotensi Banjir 22-28 Agustus, Hujan Lebat Akan Guyur DIY
Potensi banjir pesisir Medan akibat adanya aktivitas pasang air laut, dan fenomena alam lainnya.
Frengky Aruan - Selasa, 19 Agustus 2025
Pesisir Medan Berpotensi Banjir 22-28 Agustus, Hujan Lebat Akan Guyur DIY
Indonesia
Saat Libur Peringatan HUT ke-80 RI, Daop 6 Yogyakarta Alami Kenaikan Penumpang 5,5 Persen
Periode yang sama pada tahun lalu, tercatat volume keberangkatan penumpang KA jarak jauh sebanyak 75.572 penumpang.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 19 Agustus 2025
Saat Libur Peringatan HUT ke-80 RI, Daop 6 Yogyakarta Alami Kenaikan Penumpang 5,5 Persen
Indonesia
85.792 Wisatawan Mancanegara Naik Kereta Api Selama Juli 2025, Yogyakarta Jadi Tujuan Tertinggi
PT Kereta Api Indonesia (KAI) mencatatkan rekor tertinggi jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang menggunakan layanan kereta api selama bulan Juli 2025.
Frengky Aruan - Jumat, 08 Agustus 2025
85.792 Wisatawan Mancanegara Naik Kereta Api Selama Juli 2025, Yogyakarta Jadi Tujuan Tertinggi
Indonesia
Viral, Driver Ojol Dikeroyok karena Telat Antar Kopi, Ratusan Rekan Geruduk Rumah Customer
Pada Kamis (3/7), seorang driver ojol bersama pasangannya mengalami insiden saat mengantarkan pesanan kopi ke rumah pelanggan.
Dwi Astarini - Sabtu, 05 Juli 2025
Viral, Driver Ojol Dikeroyok karena Telat Antar Kopi, Ratusan Rekan Geruduk Rumah Customer
ShowBiz
Film Dokumenter 'Jagad’e Raminten': Merayakan Warisan Inklusivitas dan Cinta dari Sosok Ikonik Yogyakarta
Film dokumenter ini menyajikan perjalanan inspiratif Raminten
Ananda Dimas Prasetya - Sabtu, 28 Juni 2025
Film Dokumenter 'Jagad’e Raminten': Merayakan Warisan Inklusivitas dan Cinta dari Sosok Ikonik Yogyakarta
Indonesia
Libur Panjang, KAI Commuter Yogyakarta Tambah 4 Perjalanan Jadi 31 Trip Per Hari
KAI Commuter memprediksi adanya 100–130 ribu pengguna pada hari libur yang akan menggunakan Commuter Line Yogyakarta.
Ananda Dimas Prasetya - Jumat, 30 Mei 2025
Libur Panjang, KAI Commuter Yogyakarta Tambah 4 Perjalanan Jadi 31 Trip Per Hari
Indonesia
Heboh Kasus Mafia Tanah Mbah Tupon, Nama Tersangka Penyerebot Sudah di Kantong Polisi
Status kasus dugaan mafia tanah yang menimpa Mbah Tupon kini resmi naik ke penyidikan polisi.
Wisnu Cipto - Jumat, 16 Mei 2025
Heboh Kasus Mafia Tanah Mbah Tupon, Nama Tersangka Penyerebot Sudah di Kantong Polisi
Indonesia
Melonjak Signifikan, 47.471 Penumpang Wisatawan WNA Manfaatkan KA di Daop 6 Yogyakarta
Kereta api kian dipilih wisatawan asing untuk menikmati keindahan dan keunikan destinasi wisata di Yogyakarta dan sekitarnya.
Dwi Astarini - Selasa, 29 April 2025
Melonjak Signifikan, 47.471 Penumpang Wisatawan WNA Manfaatkan KA di Daop 6 Yogyakarta
Indonesia
Hamzah Sulaiman Berpulang, Seniman dan Pengusaha di Balik House of Raminten
Kabar duka, Hamzah Sulaiman, pendiri House of Raminten dan sosok seniman asal Yogyakarta, meninggal dunia di usia 75 tahun.
Hendaru Tri Hanggoro - Kamis, 24 April 2025
Hamzah Sulaiman Berpulang, Seniman dan Pengusaha di Balik House of Raminten
Bagikan