1 Mei Diperingati sebagai May Day, ini 3 Tokoh Penting dalam Pergerakan Buruh Indonesia


Puncak Peringatan Hari Buruh Internasional di Lapangan Monas Jakarta
MERAHPUTIH.COM - TANGGAL 1 Mei merupakan peringatan Hari Buruh Internasional yang disebut sebagai May Day. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki catatan besar terkait pergerakan buruh. Aksi-aksi menuntut hak buruh gencar dilakukan supaya buruh mendapat hidup layak.
Untuk menghormati perayaan ini, kita mesti mengenang jasa pejuang buruh. Ada beberapa tokoh legendaris dalam pergerakan buruh. Dalam suatu periode, aktor pergerakan ini bahkan dimusuhi negara karena dianggap menyebabkan ketidaksatabilan negara. Nyatanya mereka berjasa terhadap kelayakan dunia kerja bagi buruh.
Berikut tiga tokoh penting dalam pergerakan buruh Tanah Air.
1. Marsinah
Sosok Marsinah merupakan ikon perempuan progresif dari kelas pekerja yang vokal terhadap hak-hak kaum buruh. Ia kerap muncul dalam diskusi dan pergerakan massa membahas hajat hidup orang buruh.
Marsinah bekerja sebagai buruh di PT Catur Putra Surya (CPS), sebuah pabrik pembuat jam yang berada di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur. Ia vokal menyuarakan hak kaum buruh. Perjuangan perempuan kelahiran 10 April 1969 itu tak selalu berjalan mulus. Perjalanannya mendapatkan tantangan dari pemilik modal bahkan sampai pemerintah.
Ia pernah menjadi sasaran amuk ketika melakukan aksi. Namun, itu tak menyurutkan tekadnya membela hak- hak buruh. Namun, perjuangan Marsinah berhenti saat ia diculik, disiksa, diperkosa, hingga dibunuh pada 8 Mei 1993.
Marsinah merenggang nyawa dalam kondisi mengenaskan disebuah gubuk di daerah Wilangan, Nganjuk, Jawa Timur, sekitar 200 km dari tempatnya bekerja, pada 9 Mei 1993.
Baca juga:
Candaan Prabowo di Perayaan Hari Buruh, tak akan Ganti Kapolri dan Panglima TNI
2. Wiji Tukhul
Sosok ikonis dalam pergerakan buruh Tanah Air Wiji Tukhul semasa hidupnya menjadi bulan-bulanan negara. Ia dianggap pemerintah yang berkuasa masa itu sebagai sosok berbahaya lantaran kata-katanya, bahkan semangatnya saja bisa mengakomodasi sebuah gerakan besar.
Wiji Thukul lahir pada 26 Agustus 1963 dengan nama Wiji Widodo. Sejak kecil dan remaja, ia besar di Kampung Sorogenen, Solo, Jawa Tengah.
Wiji sejak kecil dikenal memang sangat menyukai dunia seni. Sejak SD, ia sudah menulis puisi. Ketika SMP, ia pun berteater. Aktivitasnya ini berlanjut hingga ia dewasa.
Wiji lulus SMP pada 1979 dan melanjutkan SMA ke Jurusan Tari Sekolah Menengah Karawitan Indonesia. Wiji akhirnya turun menjadi aktivis pembela masyarakat. Salah satu aksi pergerakan yang ada Wiji Thukul saat demontrasi Kedungombo, Sritex. Saat itu, Wiji Thukul mengalami luka di matanya akibat serangan aparat.
Gambar dirinya dengan matanya diperban itu menjadi imaji ikonis pergerakan buruh. Gambar itu kerap hadir sebagai poster perlawanan karena Wiji merupakan simbol dari perlawanan.
Wiji Thukul juga mengikuti aksi demonstrasi pabrik tekstil PT Sariwarna Asli Solo, aksi dilakukan sebagai protes karena pabrik melakukan pencemaran lingkungan. Ada juga aksi Protes di Bringin. Wiji Thukul memimpin massa dan melakukan orasi dalam protes petani di Bringin, Ngawi, yang mengakibatkan penangkapan dan penganiayaan oleh militer.
Sebagai sosok aktivis, Wiji Thukul selalu diiringi ancaman. Ia akhirnya menjadi korban penghilangan paksa Orde Baru.
Ia dikenal sebagai penyair dan aktivis, vokal menentang kekuasaan Orde Baru melalui puisi-puisinya dan aktif dalam Partai Rakyat Demokratik (PRD). Tak lama setelah peristiwa Kerusuhan Dua Puluh Tujuh Juli alias Kudatuli pada 27 Juli 1996, PRD dituduh Kepala Staf Bidang Sosial dan Politik ABRI Letnan Jenderal Syarwan Hamid sebagai dalang di balik peristiwa itu. Wiji Thukul disebut terafiliasi dalam gerakan lantaran ia merupakan Ketua Jaringan Kebudayaan Rakyat yang rapat dengan PRD.
Sejak saat itulah, Wiji Thukul diteror TNI. Rumahnya didatangi TNI dan ia menjadi buron.
Wiji menghilang pada 1998. Hal itu secara resmi diumumkan Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) pada 2000.
3. Thamrin Mosii
Thamrin Mosii ialah sosok pendiri Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia atau KSPI. Thamrin Mosii merupakan seorang penting dalam serikat pekerja yang mereformasi gerakan buruh Indonesia setelah era kepresidenan Soeharto.
Thamrin Mosii juga menjadi pendiri dan mantan Presiden Serikat Pekerja Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia atau FSPMI. Sebagai orang penting dalam organisasi buruh, ia memiliki nilai filosofis bahwa serikat pekerja harus demokratis, mandiri, dan representatif.
Perjuagan Thamrim Mosii dalam dunia buruh dimulai dari membentuk serikat pekerja di perusahan tempat ia bekerja Panasonic 1987.
Kondisi buruh di tahun itu masih jauh dari kata layak. Saat itu, para buruh sulit upah minimum, jam kerja yang panjang, minimnya jaminan perlindungan buat pekerja sehingga rentan terhadap eksploitasi.(Tka)
Baca juga:
Hari Buruh 2025: Marsinah Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional, Intip Profilnya
Bagikan
Tika Ayu
Berita Terkait
Suara Ibu Indonesia Datangi Polda Metro Jaya, Desak Polisi Bebaskan Mahasiswa yang Ditahan karena Demo

Kelompok Muda Anarko Jadi Tersangka Melawan Aparat Saat May Day di Semarang

Menaker Pastikan Isu Outsourcing Masuk di Revisi UU Ketenagakerjaan

Demo Hari Buruh Internasional Solo, Massa Soroti Gelombang PHK Massal

Ramaikan Aksi May Day, Musisi Indie Tolak PHK Massal dan Gelar Pahlawan bagi Soeharto

Diduga Berbuat Ricuh saat Aksi Buruh di Gedung MPR/DPR, Belasan Penyusup Ditangkap

Kenalin nih, Tokoh Pergerakan Buruh Wiji Thukul, ini 7 Puisi yang Pernah Ditulisnya

Fakta Miris May Day 2025, Banyak Jurnalis jadi Korban Kekerasan, Upah Tak Layak hingga Ancaman PHK

Aksi Buruh Pakai Topeng Joker Peringati Hari Buruh Internasional 2025 di Patung Kuda Jakarta

1 Mei Diperingati sebagai May Day, ini 3 Tokoh Penting dalam Pergerakan Buruh Indonesia
