UI Kukuhkan Tiga Guru Besar, Sampaikan Pidato tentang Sejarah MTQ Era Orde Baru Hingga Penggunaan AI
Rabu, 26 Februari 2025 -
MerahPutih.com - Universitas Indonesia mengukuhkan tiga Guru Besar di Balai Sidang Universitas Indonesia pada Rabu (26/2).
Mereka adalah Prof. Dr. Apipudin, M.Hum sebagai Guru Besar Tetap Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB); Prof. Dr. rer.nat. Mufti Petala Patria, M.sc. sebagai Guru Besar Tetap Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA); dan Prof. Dr. Drs. Sutanto Priyo Hastono, M.Kes sebagai Guru Besar Tetap Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM).
Apipudin mengupas tuntas peran Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) sebagai alat politik pada era awal Orde Baru.
Dalam pidato pengukuhannya yang berjudul "Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) dan Nasionalisme Islam pada Era Awal Orde Baru (1968-1970)", Apipuddin menyoroti bagaimana upaya Orde Baru merangkul elemen Islam setelah peristiwa G30S untuk memukul kekuatan komunis.
Baca juga:
Disdik DKI Minta Sekolah Gelar Kegiatan Ramadan Seperti Tadarus Al-Quran Hingga Kajian Keislaman
"Pentingnya merangkul elemen Islam pada era awal Orde Baru pun diperlihatkan oleh Soeharto dengan mengadakan suatu festival besar lomba pembacaan Al-Quran," ujar Apipudin.
MTQ pertama digelar di Makassar pada akhir 1968. Acara ini menjadi bagian dari upaya pemerintah untuk menggalang dukungan umat Islam dalam melawan komunisme.
Dalam konteks internasional, MTQ juga menjadi respons atas MTQ internasional yang digelar oleh Malaysia.
"Acara MTQ juga diselenggarakan sebagai respon dari adanya acara MTQ Internasional di Kuala Lumpur," tambahnya.
Indonesia dan Malaysia, dua negara yang berhasil membendung komunisme, memanfaatkan MTQ untuk memperkuat posisi Islam dalam politik regional.
Apipudin menjelaskan bahwa MTQ, yang didukung penuh oleh pemerintah, menjadi simbol harmonisasi antara Islam dan nasionalisme.
Baca juga:
Aturan Pembelajaran Selama Ramadan 2025, Siswa Islam Diminta Baca Al-Quran dan Ikut Kajian
"Umat Islam diarahkan sebagai unsur pendukung dalam pembangunan dan persatuan nasional," katanya.
Dukungan media pemerintah menjadikan MTQ sebagai "pesta rakyat," memperlihatkan keinginan politik Soeharto untuk merangkul umat Islam.
"Melalui pidato ini, saya ingin menyampaikan bahwa sejarah bukan hanya cerita masa lalu, tetapi juga cerminan perjalanan bangsa dalam menghadapi perubahan," tutup Apipudin.
Dua guru besar lainnya menyampaikan pidato pengukuhan sesuai bidang keilmuannya.
Mufti Petala Patria membahas bagaimana mikroplastik membahayakan kehidupan manusia dalam pidato pengukuhan yang bertajuk "Mikroplastik: Masalah Serius di Laut Kita".
Sutanto Priyo Hastono mengajukan pidato bertajuk "Sinergi Biostatistik dan Kecerdasan Buatan untuk Pengambilan Keputusan Berbasis Data pada Kesehatan Masyarakat". (dru)
Baca juga:
Putri Ariani Rilis 'Senyumannya Tutupi Semua Lelah' Terinspirasi dari Ayat Al-Quran