Tradisi Manumbuk Ampiang: Kiprah Mak-mak Talang Babungo dalam Melestarikan Cita Rasa Minangkabau

Rabu, 06 Agustus 2025 - Didik Setiawan

Merahputih.com - Mak-mak memasak Ampiang kuliner warisan budaya Khas Minangkabau di Jorong Tabek, Talang Babungo, Solok, Sumatera Barat, Minggu (3/8/2025).

Asap tebal mengepul dari tungku arang, sesekali asap putih ini membuat mata amak-amak Talaga Babungo berkedip lirih sambil menitihkan air mata. Oseng-oseng beras ketan memulai langkah membuat makanan ringan Ampiang khas Minangkabau.

Manumbuk ampiang dalam bahasa Minang merupakan tradisi mengolah beras ketan yang telah dipanggang menjadi makanan ringan. Makanaa khas Minangkabau ini melalui proses panjang, mulai dari menjemur beras ketan, memanggang dan kemudian di tumbuk dengan cara tradisional.

Manumbuk ampiang bukan sekadar rutinitas dapur, tapi juga bagian dari warisan budaya yang diturunkan dari generasi ke generasi hingga kini. Dengan lesung dan alu amak-amak menumbuk dengan penuh tenaga.

Amak-amak Talang Babungo setia menjaga tradisi kuliner Minangkabau. Di tengah arus modernisasi, mereka tetap memilih cara-cara lama untuk mengolah bahan makanan. Salah satunya adalah tradisi menumbuk ampiang olahan dari beras ketan yang ditumbuk hingga pipih dan renyah.

Meski tampak sederhana, hasil akhir dari proses ini adalah ampiang yang lezat, gurih, dan bercita rasa khas. Tak hanya mengenyangkan, tapi juga menyimpan cerita, kenangan, dan nilai-nilai tradisi. Rasa yang dihasilkan tetap autentik, karena mereka menjaga kualitas bahan dan cara masak yang diwariskan nenek moyang.

Taburan kelapa parut ditambah beras etan yang gurih membuat sepiring ampiang menggugah selera. Tradisi ini bukan hanya tentang makanan, tapi juga tentang kebersamaan dan identitas. Lewat tangan-tangan terampil para amak-amak, rasa Minangkabau tetap hidup dan dikenal hingga kini. Mereka bukan sekadar memasak, tapi merawat sejarah yang bisa dinikmati lewat setiap suap ampiang yang tersaji. (MP/Didik Setiawan).

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan