Tangani Orang Depresi, Hindari 5 Kalimat Ini

Senin, 24 Desember 2018 - Zaimul Haq Elfan Habib

PERNAHKAH kamu mendengar istilah ‘Homo Homini Socius’? Yups, istilah yang menyebutkan bahwa ‘manusia menjadi sahabat bagi manusia lainnya’ menegaskan manusia adalah makhluk sosial. Nah, salah satu aktivitas sosial yang paling banyak dilakukan adalah saling mendengarkan curhat.

Saling mendengarkan curhat penting untuk dilakukan agar segala beban dapat terlepas dari dalam diri. Bahkan, jika teman curhat kamu merupakan sahabat sejak lama, dapat membantu kamu keluar dari masalah yang sedang dihadapi.

Meski sudah lama berkawan, ada satu hal yang perlu kamu diperhatikan saat harus menghadapi curhatan dari teman yang sedang depresi. Seperti dilansir Go Dok, mereka yang sedang depresi, harus diperlakukan dengan sangat hati-hati karena kondisi psikologinya yang sedang sensitif dan sangat membutuhkan dukungan.

Sebenarnya, baik yang mengalami depresi klinis ataupun tidak, ada baiknya kamu hindari menggunakan kalimat ini pada mereka yang depresi. Apa saja kalimat itu dan bagaimana efeknya? Makanya, simak terus artikel ini ya, agar kamu bisa menjadi pendengar yang baik dan tidak salah memberi tanggapan!

1. “Yang lebih berat hidupnya dari kamu banyak kali”

Dua orang sedang berbicara. (Pixabay/Kabaldesch0)
kapasitas setiap orang berbeda antara satu dengan yang lainnya. ( Foto: Pixabay/Kabaldesch0)

Kamu harus memahami bahwa kapasitas setiap orang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Kamu juga tidak bisa mengatakan bahwa orang yang bercerai tidak lebih sedih dari orang yang keluarganya hilang ditelan ombak tsunami.

Kita juga tidak bisa bilang bahwa orang yang dibully ketika bersekolah tidak mengalami siksaan batin seberat ibu Veronica Tan. Intinya, jangan pernah menyamaratakan mental setiap orang karena pada dasarnya, setiap orang punya kapasitas masing-masing dalam menerima beban hidup.

2. “Kamu kurang bersyukur sama hidup”

Dua orang sedang berbicara. (Pixabay/MabelAmber)
Membicarakan syukur sama halnya dengan prinsip hidup. (Foto: Pixabay/MabelAmber)

Syukur merupakan hal yang bersifat sangat personal. Membicarakan syukur sama halnya dengan prinsip hidup yang tidak memiliki tolok ukur yang ideal bagi setiap orang. Mereka yang depresi bukan berarti tidak bisa bersyukur dengan hidupnya.

Penting untuk dipahami bahwa mereka dengan depresi klinis, sebagian besar memiliki rasa rendah diri yang besar. Artinya, rasa rendah diri tersebut membentuk mereka seakan memiliki perasaan bersalah yang tinggi, bahkan memiliki keinginan untuk mati. Jadi, hindari menggunakan kalimat ini pada mereka yang depresi, ya!

3. “Mungkin kamu kurang dekat sama Tuhan”

Dua orang sedang berbicara. (Pixabay/Pasja1000)
Jangan menjadi polisi moral. (Foto: Pixabay/Pasja1000)

Melibatkan aspek agama seseorang dengan percakapan sehari-hari memang perlu perhatian khusus. Jangan menjadi polisi moral dengan mengurusi urusan agama seseorang dengan Tuhannya. Seorang yang taat beribadah tidak selalu menjamin hidupnya tenang karena selalu ada faktor duniawi dalam menjalani fungsi sebagai manusia.Kamu pasti setuju kan, kalau hidup haruslah seimbang antara urusan dengan Tuhan dan dengan sesama makhluk hidup?

Selain itu, menanggapi seseorang kurang dekat dengan Tuhan malah dapat membuat mereka menjauh dari Tuhan. Bisa saja mereka yang sedang sakit parah dan sudah beribadah serajin mungkin, malah membuat mereka menjadi buruk sangka bahwa Tuhan tidak menyayangi mereka. Lagipula, bukankah hanya Tuhan yang berhak mengukur kadar ketakwaan seseorang?

4. “Apa sih yang kamu sedihin? Hidup kamu sempurna. Banyak yang mau di posisi kamu”

Seorang Gadis Bersedih. (Pixabay/Free_Photos)
Depresi bisa menyerang siapa saja.. (Foto: Pixabay/Free_Photos)

Depresi bisa menyerang siapa saja, termasuk mereka yang kaya raya dengan orang tua yang masih lengkap. Depresi klinis adalah penyakit kompleks yang diakibatkan oleh genetika, hormon, jumlah dan jenis bakteri di usus, pengalaman masa kecil, struktur otak, pola pikir, dan faktor “X” lainnya.

Belum lagi, era modern seperti sekarang ini menuntut siapapun untuk serba cepat sehingga membuat otak jarang mendapat kesempatan untuk benar-benar istirahat dari segala macam pikiran. Pernah dengar istilah “money can’t buy happiness”, kan?

5. “Lupain aja sedihnya”

Lupain Aja Sedihnya. (Pixabay/MaimbaTinasheMadondo)
Lupain Aja Sedihnya. (Foto: Pixabay/MaimbaTinasheMadondo)

Satu hal yang harus kamu pahami adalah menghilangkan rasa depresi tidak semudah membalik telapak tangan. Banyak faktor-faktor eksternal dan trauma masa lalu yang membuat seseorang menjadi depresi dan butuh tanggapan lebih dari sekadar “lupain aja sedihnya”. Jangan heran kalau tidak ada lagi yang menjadikan Anda teman curhat jika merespon seperti ini. (zaim)

Baca Juga: Mengenali Penyakit Pascatsunami dan Cara Mengatasinya

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan