Sosok Iskandar, Pengusaha Asal Aceh yang Jadi Pemilik Indonesia Airlines

Senin, 10 Maret 2025 - Soffi Amira

MerahPutih.com - Masyarakat kini bertanya-tanya siapa pemilik Indonesia Airlines, yang menjadi pendatang baru di dunia peberbangan Tanah Air.

Maskapai ini berkantor pusat di Singapura, yakni Calypte Holding Pte. Ltd, dengan basis operasionalnya di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten.

Maskapai baru yang mengudara di Indonesia itu disebut hanya melayani penerbangan internasional. Setelah ditelusuri, ternyata Indonesia Airlines dimiliki oleh pengusaha asal Aceh, yakni Iskandar.

Karier Iskandar dimulai di Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Aceh-Nias, selepas musibah tsunami. Ia sempat bergabung dengan PT PLN pada 2006-2009, sebelum banting setir ke dunia perbankan dan asuransi.

Baca juga:

Belum Dapat Izin Kemenhub, Maskapai Indonesia Airlines Tak Bisa Beroperasi

Pada 2015, Iskandar memutuskan keluar dari dunia perbankan dan mengembangkan proyek kelistrikan di Indonesia. Sampai pada akhirnya, terbentuk Calypte Holding Pte. Ltd.

Calypte merupakan perusahaan pengembang energi terbarukan, penerbangan, dan pertanian yang berkantor pusat di Singapura. Salah satu proyek raksasa Iskandar Cs lainnya adalah pembangkit listrik tenaga surya 2.500 megawatt di Riau.

Pendek cerita, di bisnis kelistrikan Iskandar menemukan banyak hal baru, termasuk mitra kerja dari dalam hingga luar negeri. Jejaring itulah yang membuat ia tergoda dan semakin tertantang untuk bermimpi lebih besar lagi. Akhirnya, ia diajak bergabung membangun perusahaan listrik di Indonesia oleh investor dari Jepang.

Setelah dua tahun bergabung dan banyak hal yang dihasilkan, Iskandar memutuskan membuat perusahaan kelistrikan sendiri. Dari situ, Iskandar nekat mendirikan company sendiri di Indonesia.

Baca juga:

Menhub Pastikan Diskon Pesawat Sampai 7 April 2025, Harga Harus Terjangkau

Sempat bertungkus lumus di Jakarta membangun perusahaan sendiri, akhirnya Iskandar menemukan jalan penerang menuju tunel bisnis bidang energi baru dan terbarukan (EBT).

Pada awal pandemi COVID-19, Iskandar bertemu temannya di Singapura yang pernah menjadi konsultan di perusahaan ketika menjalankan proyek terakhir.

Latar ide itu bermula dari derasnya informasi, bahwa Singapura akan mengimpor listrik dari luar (Indonesia) karena mereka defisit. Pembangkit listrik terbesar di Singapura saat ini adalah dari gas.

Membaca kondisi itu, Iskandar terbang ke Singapura melakukan kajian. Di perjalanan, ia bertemu Randy Bimantoro, putra sulung Kepala Staf Kepresidenan RI, Jenderal Muldoko.

Baca juga:

Maskapai Baru Indonesia Airlines Siapkan Debut, Fokus pada Rute Internasional

Mengapa Singapura? Menurut Iskandar, Singapura menjadi gudangnya investasi dan teknologi. Bahkan, perusahaan Eropa dan Amerika banyak yang legalitasnya juga dibuat di Singapura, meski proyeknya dikembangkan di luar Singapura.

"Sistem perpajakan di Singapura itu jauh lebih baik dari kita. Di Indonesia, kita bayar pajak tapi kesal dengan pajaknya," kata Iskandar.

Iskandar lahir di Bireuen 7 April 1983 dan merupakan alumni SMP Negeri 1 Bireuen, SMA Negeri 1 Bireuen, dan alumni Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh.

Ia juga memiliki tiga anak dari pernikahannya bersama Emily Vilsa. Mereka adalah Adzka Aviciena Iskandar, Aldevaro Gustino Iskandar, dan Xaquille Algio Iskandar. (Asp)

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan