Rupiah Melemah, Seniman Pusing Tujuh Keliling
Selasa, 25 Agustus 2015 -
MerahPutih Budaya - Seniman tak hidup sendiri ketika mengadakan pementasan, baik skala regional, nasional, maupun internasional. Mereka selalu menggandeng sponsorship guna memenuhi kebutuhan ekonomi dalam pementasannya. Meski tak dapat dikatakan semua seniman, fakta seniman umumnya begitu adanya.
Jika seniman mengadakan pementasan teater di Taman Ismail Marzuki, misalnya, sungguh dana besar dibutuhkan untuk sewa lokasi, sewa logistik, make up artis, publikasi, hingga hal remeh temeh. Jumlahnya tak sedikit, bisa mencapai puluhan hingga ratusan juta untuk sekali pementasan.
Mirisnya, di tengah lesunya ekonomi yang menembus Rp14.000 per dollar, menyebabkan semakin terhimpitnya seniman. Hal ini diakui Viky Sianipar. "Perlahan tapi pasti barang-barang menjadi mahal. Faktanya banyak seniman Indonesia pada saat mau pementasan itu tergantung sama sponsorship," papar komponis itu di Viky Sianipar Music Center, Jakarta Selatan, Selasa (25/8).
Viky menjelaskan, dampak lesunya ekonomi saat ini melalui sistem sponsorship. Menurutnya, sponsorship yang umumnya pengusaha menjadi tertekan. Tentu kondisi itu berdampak nyata terhadap anggaran pementasan.
"Nah sponsorship rata-rata pembisnis yang bisnisnya tergantung sama barang impor, kalau bisnis mereka macet kita kena getahnya," imbuhnya. (hdi)
Baca Juga: