Romantisme Literasi dan Sastra dari Lulu Lutfi Labibi

Senin, 30 November 2020 - Dwi Astarini

LITERASI dan sastra begitu langka disajikan di panggung mode seperti Jakarta Fashion Week. Namun, Lulu Lutfi Labibi mampu menjadikannya sebagai pijakan dalam membangun narasi rancangan untuk koleksi terbarunya, Sandang Hening Cipta.

"Kami memaknai puisi sebagai peranti perenungan, jalan pulang ke dalam diri. Puisi juga sebagai pengantar untuk lebih menyelami misteri di balik peristiwa sehari-hari," ujarnya.

BACA JUGA:

Tampil 'Elegan' dan 'Sophisticated' di Masa Pandemi dengan Face Shield Rancangan Rinaldy A Yunardi

Puisi tentang sandang dari Joko Pinurbo dipilih untuk menghiasi koleksi terbarunya. Puisi tersebut bercerita tentang sandang menjadi ruh dalam bertutur untuk menyampaikan sebuah pesan spiritual yang diterjemahkan dalam laku dan tindakan keseharian. Sebait puisi disembunyikan dalam kantung baju, celana, dan sarung.

lulu lutfi labibi
Menerjemahkan puisi ke desain baju. (foto: istimewa)

Koleksi yang ditampilkan di Dewi Fashion Knight Jakarta Fashion Week 2021 tersebut menggunakan material katun putih dan hitam polos, tenun lurik, siffone georgette, dan tenun perca. Semua material tersebut dibuat menggunakan mesin tenun tradisional atau ATBM.

"Sandang Hening Cipta mengajarkan kita untuk lebih memaknai kebutuhan berpakaian yang cukup," tuturnya. Untuk mewakili hal tersebut, ia kembali ke pola cutting yang simpel, sederhana, dan mendasar.

lullu lutfi labibi
Menghadirkan cutting yang simple dan medasar. (foto: istimewa)

Pada koleksi Sandang Hening Cipta, ia nengolah kebaya kutubaru yang bisa dipakai dalam segala kesempatan. Koleksi teranyar Lulu itu bisa dipakai untuk meditasi, berdoa, bekerja, dan janjian minum teh sore, bahkan menghadiri pernikahan teman.

Perancang busana yang memilih untuk bertumbuh dan berkarya di kampung halaman Yogyakarta ini kerap menjadikan lurik sebagai busana siap pakai dengan teknik drapping yang modern, berdaya pakai tinggi, dan meninggalkan cerita dalam setiap tema rancangannya. Filosofi Wabi Sabi selalu diterapkan dalam proses berkarya, yaitu teori tentang estetika keindahan pada suatu hal yang tidak sempurna.

lulu lutfi labibi
Menghasilkan pakaian yang bisa dipakai di segala acara. (foto: Istimewa)

Beberapa judul koleksi yang membekas dari brand yang didirikan pada 2011 ini antara lain Jantung Hati, Perjalanan, Tirakat, Persimpangan, dan Tepian. Koleksi tersebut seperti membagi tentang catatan harian dari sehelai kain yang diolah. Namun, pendekatan tema itu justru menjadikan karya Lulu begitu dekat dan tidak berjarak.(Avia)

BACA JUGA:

Inspirasi Gaya di Masa Pandemi Ala JFW 2021

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan