Romantisme Literasi dan Sastra dari Lulu Lutfi Labibi
Koleksi Sandang Hening Cipta dari Lulu Lutfi Labibi. (foto: istimewa)
LITERASI dan sastra begitu langka disajikan di panggung mode seperti Jakarta Fashion Week. Namun, Lulu Lutfi Labibi mampu menjadikannya sebagai pijakan dalam membangun narasi rancangan untuk koleksi terbarunya, Sandang Hening Cipta.
"Kami memaknai puisi sebagai peranti perenungan, jalan pulang ke dalam diri. Puisi juga sebagai pengantar untuk lebih menyelami misteri di balik peristiwa sehari-hari," ujarnya.
BACA JUGA:
Tampil 'Elegan' dan 'Sophisticated' di Masa Pandemi dengan Face Shield Rancangan Rinaldy A Yunardi
Puisi tentang sandang dari Joko Pinurbo dipilih untuk menghiasi koleksi terbarunya. Puisi tersebut bercerita tentang sandang menjadi ruh dalam bertutur untuk menyampaikan sebuah pesan spiritual yang diterjemahkan dalam laku dan tindakan keseharian. Sebait puisi disembunyikan dalam kantung baju, celana, dan sarung.
Koleksi yang ditampilkan di Dewi Fashion Knight Jakarta Fashion Week 2021 tersebut menggunakan material katun putih dan hitam polos, tenun lurik, siffone georgette, dan tenun perca. Semua material tersebut dibuat menggunakan mesin tenun tradisional atau ATBM.
"Sandang Hening Cipta mengajarkan kita untuk lebih memaknai kebutuhan berpakaian yang cukup," tuturnya. Untuk mewakili hal tersebut, ia kembali ke pola cutting yang simpel, sederhana, dan mendasar.
Pada koleksi Sandang Hening Cipta, ia nengolah kebaya kutubaru yang bisa dipakai dalam segala kesempatan. Koleksi teranyar Lulu itu bisa dipakai untuk meditasi, berdoa, bekerja, dan janjian minum teh sore, bahkan menghadiri pernikahan teman.
Perancang busana yang memilih untuk bertumbuh dan berkarya di kampung halaman Yogyakarta ini kerap menjadikan lurik sebagai busana siap pakai dengan teknik drapping yang modern, berdaya pakai tinggi, dan meninggalkan cerita dalam setiap tema rancangannya. Filosofi Wabi Sabi selalu diterapkan dalam proses berkarya, yaitu teori tentang estetika keindahan pada suatu hal yang tidak sempurna.
Beberapa judul koleksi yang membekas dari brand yang didirikan pada 2011 ini antara lain Jantung Hati, Perjalanan, Tirakat, Persimpangan, dan Tepian. Koleksi tersebut seperti membagi tentang catatan harian dari sehelai kain yang diolah. Namun, pendekatan tema itu justru menjadikan karya Lulu begitu dekat dan tidak berjarak.(Avia)
BACA JUGA:
Bagikan
Berita Terkait
UNTOLD Stories: di Balik Outfit Kece Atlet Indonesia untuk SEA Games Thailand 2025
‘Light and Shape’: ESMOD Jakarta Rayakan Inovasi Mode dari Desainer Muda di Creative Show 2025
UNIQLO Gandeng BABYMONSTER untuk Koleksi UT Terbaru, Tampilkan Desain Edgy dan Playful
Thrifting makin Digandrungi, Industri Tekstil dalam Negeri Ketar-Ketir
Tumbler Viral, Lebih daripada Gaya Hidup Sehat tapi Fashion Statement
Panduan Thrifting Jakarta, Rekomendasi Seru dari Blok M Square hingga Pasar Santa
Menenun Cerita Lintas Budaya: Kolaborasi Artistik Raja Rani dan Linying
JF3 Fashion Festival Bawa Industri Mode Indonesia ke Kancah Global, akan Tampil di Busan Fashion Week 2025
Dari Sneakers Langka hingga Vinyl Kolektibel, Cek 3 Zona Paling Hits di USS 2025
USS 2025 Resmi Dibuka: Lebih Megah, Lebih 'Kalcer', dan Penuh Kolaborasi Epik