Rilis ‘Problems’, Floating Points Hadirkan Musik dalam Gambar Vektor

Senin, 26 September 2022 - Dwi Astarini

DENGAN ide interaksi antara gerakan dan getaran listrik, videoklip lagu Problems dari Floating Points memuaskan mata. Gagasan ini telah muncul kali pertama dalam visual lagu Vocoder dan Grammar. Dengan menggunakan teknik Vector Rescanning, format video diubah ke bentuk suara lalu mengonversinya menjadi gambar vektor secara real-time.

Floating Floats merupakan nama panggung musisi bernama asli Sam Shepherd. Ia merilis single terbarunya, Problems, pekan lalu. Single terbaru ini kelanjutan dari dua single sebelumnya yang dirilis tahun ini,Vocoder dan Grammar. Lagu ini menjadi titik penting dalam kariernya yang semakin bersinar setelah perilisan album Promises. Album yang dirilis pada 2021 itu ditulis Shepherd dan direkam bersama pemain saksofon legendaris Pharoah Sanders dan London Symphony Orchestra.

BACA JUGA:

Kisah Bahagia nan Menyedihkan Eric Sibarani dalam ‘Full of Love’

Berbeda dengan Promises, Problems mengambil pendekatan yang terbilang kontras dibanding single-single yang dirilis Floating Points tahun ini. Lagu ini menunjukkan sisi berbeda yang penuh gairah dan belum pernah didengar.

floating points
Visual dari musik dalam videoklip 'Problems'. (foto: dok Secret Signal)

Studio visual ternama, Hamill Industries, melanjutkan kolaborasi mereka dengan Floating Points untuk videoklip Problems. “Problems’ dibuat untuk mengusik semua ruang yang dapat ia capai,” ucap Hamill Industries dalam rilis yang diterima Merahputih.com, Senin (26/9).

Mereka merekam dua penari di video tersebut kemudian mengubah gerakan mereka menjadi bunyi-bunyian yang dapat mereka satukan dengan berbagai elemen di musik Floating Points. Dari suara yang dihasilkan, sebuah gambar akhir diproyeksikan ke sistem Vectrex Custom, sebuah konsol video gim dari 1980-an. Gawai itu memproyeksikan gambar-gambar vektor ke sebuah layar.

BACA JUGA:

Febinda Tito Bikin Galau di Single 'Berantakan'

“Kami ingin merayakannya lewat gerakan dan tarian dan membentuk ulang semuanya lewat suara, menggunakan teknik yang dapat menyuarakan gambar-gambar. Kami menggunakan laser yang dapat berputar dan bergerak dengan musik yang menunjukkan bentuk-bentuk mereka yang berbagai macam,” imbuh mereka.

Dikenal dengan komposisi musik elektroniknya yang kompleks dan progresif, Floating Points menyajikan sebuah perpaduan sound yang brilian lewat berbagai genre termasuk house, techno, jazz, soul, dan musik klasik yang akan membangkitkan gairah para penghuni lantai dansa.


Album Promises duduk di puncak berbagai list Best of 2021 beragam publikasi ternama, seperti TIME Magazine, The New York Times, The Guardian, Mojo, hingga The Vinyl Factory. Sementara itu, single Grammar dan Vocoder dihujani pujian dari banyak publikasi ternama dunia termasuk Pitchfork yang mendaulatnya sebagai Best New Track.

Pencapaian dan keunikannya kemudian membawa Floating Points dari lantai dansa ke panggung festival-festival musik ternama dunia, termasuk Laneway Festival Singapore, Wonderfruit (Thailand), Sónar Hong Kong Festival, dan Boiler Room Bali yang digelar pada Juli lalu di Potato Head Beach Club Bali.(*)

BACA JUGA:

Rehat dari Hubungan Toxic dengan Single 'Detox' Will Mara

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan