Refleksi 20 Tahun Tsunami Aceh, Tantangan Deteksi Gempa di Indonesia dengan Ina-TEWS
Kamis, 26 Desember 2024 -
MerahPutih.com - Meskipun Indonesia telah memiliki ratusan alat pemantau gempa, tantangan pendeteksian gempa tetap signifikan.
Muhammad Obie, seismolog yang pernah bertugas di Ambon sekaligus operator Tsunami Early Warning System Indonesia (Ina-TEWS), memahami betul kendala yang dihadapi.
Ina-TEWS adalah sistem yang menjadi tulang punggung Indonesia untuk cepat mengetahui keberadaan gempa sekaligus mendeteksi potensi tsunami setelah gempa terjadi. Informasi itu kemudian dipublikasikan kepada masyarakat luas.
Menurut Obie, akses data sering terhambat oleh jaringan dan geografis yang sulit dijangkau, sementara vandalisme juga menjadi masalah serius.
Baca juga:
Refleksi 20 Tahun Tsunami Aceh, Mengintip Cara Kerja Operator Ina-TEWS
Sensor pendeteksi gempa dan tsunami sering dirusak atau hilang, seperti yang terjadi pada alat Ina-Buoy di laut selatan Waingapu, NTT. Ina-Buoy adalah salah satu komponen sensor yang digunakan dalam Ina-TEWS untuk mendeteksi pasang tsunami di tengah laut.
"Alat canggih tersebut saat ini sudah tidak lagi beroperasi karena menjadi korban tangan jahil oknum masyarakat dan biaya perawatannya yang sangat mahal per unitnya bisa memakan anggaran senilai Rp 6 miliar," tulis Antara (26/12).
Kerusakan juga terjadi pada peralatan di Aceh.
Zaenal Abidin Al Atas dari BMKG Aceh Besar menjelaskan bahwa sebagian besar peralatan adalah generasi pertama yang dibangun pada 2006-2007. Faktor usia dan kondisi alam mempercepat kerusakan meskipun perawatan rutin dilakukan. Beberapa menara sudah tidak berfungsi dan memerlukan perbaikan segera.
Refleksi 20 tahun tsunami Aceh adalah tentang memperbesar harapan untuk generasi siap selamat dan melaksanakan pembangunan berkelanjutan. (dru)
Baca juga:
Refleksi 20 Tahun Tsunami Aceh, Mengenal Early Warning System Indonesia (Ina-TEWS)