Ras Anjing Kecil Berhidung Mancung, Ras Anjing Paling Panjang Umur
Jumat, 02 Februari 2024 -
MerahPutih.com - Anjing mungkin punya kesamaan: hewan peliharaan yang setia. Namun, soal umur, mereka punya rentang yang berbeda. Anjing mana yang paling panjang umur dan bisa menemanimu lebih lama?
Jawabnya, ras anjing kecil berhidung panjang. Terutama jenis betina. Demikian penelitian Kirsten McMillan, peneliti anjing dari badan amal Dogs Trust.
Lalu ras anjing apa yang paling pendek umurnya?
Jawabnya, ras anjing bermuka datar. Mereka berisiko menyongsong ajal lebih awal.
Penelitian McMillan melengkapi penelitian lainnya dalam kaitan ukuran, bentuk wajah, dan jenis kelamin anjing dengan rentang harapan hidup anjing.
“Meskipun penelitian sebelumnya telah mengidentifikasi jenis kelamin, bentuk wajah, dan ukuran tubuh sebagai faktor yang berkontribusi terhadap umur panjang anjing, belum ada yang menyelidiki interaksi antara ketiganya atau mengeksplorasi hubungan potensial antara sejarah evolusi dan umur,” kata McMillan seperti dikutip guardian.com (1/2).
Baca juga:
Menurut McMillan, anjing betina kecil dan berhidung panjang memiliki umur rata-rata 13,3 tahun. Sedangkan anjing berwajah datar hanya berumur rata-rata 11,2 tahun. Dan peningkatan risiko hidup lebih pendek sebesar 40% dibandingkan anjing dengan moncong berukuran sedang seperti spaniel.
Dalam jurnal Scientific Reports, McMillan menjelaskan bagaimana mereka menganalisis data dari 584.734 anjing murni dan persilangan – 284.734 di antaranya telah mati – yang dikumpulkan dari 18 organisasi, termasuk organisasi penampungan anjing dan kesejahteraan, pendaftar ras, dan perusahaan asuransi hewan peliharaan.
Dengan mempertimbangkan semua ras dan persilangan, tim menemukan rata-rata umur anjing adalah 12,5 tahun. Anjing betina ternyata hidup sedikit lebih lama daripada anjing jantan.
Tim juga menemukan bahwa umur rata-rata ras murni lebih panjang (12,7 tahun) daripada ras persilangan (12 tahun). Temuan ini berlawanan dengan anggapan umum bahwa ras persilangan mungkin lebih sehat karena memiliki keragaman genetik yang lebih besar.
Meskipun tim tidak punya data memadai tentang bagaimana anjing-anjing itu mati, mereka berharap penelitian ini akan memacu orang lain untuk mengungkap faktor risiko di balik variasi umur tersebut.
McMillan mencatat perbedaan tersebut mungkin disebabkan oleh faktor biologis yang kompleks, seperti bentuk tubuh dan genetika, serta faktor lingkungan termasuk pola makan, olahraga, dan pelatihan.
“Secara umum, hasil ini membantu calon pemilik, peternak, pembuat kebijakan, badan pendanaan, dan organisasi kesejahteraan membuat keputusan yang tepat untuk meningkatkan kesejahteraan anjing peliharannya,” katanya. (dru)
Baca juga: