Rangkaian Premarital Check-Up Calon Pengantin

Kamis, 26 Juli 2018 - P Suryo R

BERBAGAI persiapan dilakukan oleh calon pengantin mulai dari persiapan pesta hingga tempat tinggal setelah menikah. Salah satu persiapan yang tak kalah penting adalah pemeriksaan kesehatan. Pemeriksaan kesehatan atau yang dikenal dengan istilah check-up merupakan serangkaian pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui kondisi kesehatan seseorang. Premarital check up atau pemeriksaan kesehatan pranikah dilakukan calon pengantin sebelum pernikahan atau ketika sedang merencanakan pernikahan.

Tujuan pemeriksaan tersebut untuk mengetahui kondisi kesehatan, riwayat masalah kesehatan yang dimiliki masing-masing pasangan hingga upaya pencegahan dan penanganan kesehaan sedini mungkin. Mengetahui kondisi kesehatan pasangan sebelum menikah penting dilakukan karena dapat mempengaruhi kualitas keturunan kita nantinya. Kondisi kesehatan seseorang dapat mempengaruhi proses kehamilan. Mengetahui kondisi kesehatan pasangan membuat rencana membangun rumah tangga menjadi lebih matang.

Berikut beberapa premarital check up yang bisa dilakukan calon suami istri:

pasangan menikah
Premarital check-up dilakukan untuk mengetahui kondisi kesehatan. (Foto: Pexels/Rosie Ann)

1. Pemeriksaan darah

Pemeriksaan yang dilakukan adalah hematologi rutin untuk mengetahui kesehatan individu secara umum. Rangkaian pemeriksaan meliputi komponen darah untuk mendeteksi kondisi anemia, leukemia, reaksi inflamasi dan infeksi, tingkat hidrasi dan dehidrasi higga polisitemia. Pemeriksaan hematologic rutin juga dapat mengetahui potensi kelahiran dengan thalassemia dan hemofilia.

2. Pemeriksaan Golongan Darah dan Rhesus

Tujuannya untuk mengetahui kecocokan rhesus dan efeknya terhadap ibu dan bayi. Apabila calon asangan memiliki rhesus berbeda, si ibu memiliki kemungkinan mengandung anak dengan rhesus berbeda. Rhesus yang berbeda antara ibu dan anak dapat berbahaya bagi anak dalam kandungan karena dapat merusak sel darah dan menyebabkan anemia.

bayi
Salah satu tujuan premarital check-up adalah menjaga kondisi kesehatan bayi yang dilahirkan. (Foto: Pexels/Pixabay)

3. Pemeriksaan Kadar Gula Darah

Hal ini dilakukan untuk mengetahui kadar glukosa pada diri seseorang serta menentukan kondisi hiperglikemia. Mengetahui kadar glukosa dapat mencegah komplikasi yang disebabkan oleh diabetes saat hamil.

4. Pemeriksaan Urin

Pemeriksaan urinlisa mendeteksi metabolik dan mendeteksi gangguan ginjal berdasarkan karakteristik kimia, mikroskopis, dan makroskopis. dalam tubuh. Pemeriksaan kimia meliputi penghitungan berat jenis, darah, glukosa, nitrit, albumin biliubin, keton, urobilinogen, leukosit, dan esterase. Pemeriksaan mikroskopis terdiri dari bakteri, eritrosit, epitel sel, leukosit, dan silinder. Sementara makroskopis antara lain kejernihan dan warna.

couple
Dengan premarital check-up dapat mejaga kondisi kehamilan ibu. (Foto: Pixabay/freestocks-photos)

5. Deteksi Infeksi Menular Seksual

Cara yang dilakukan untuk mendeteksi potensi menular seksual adalah dengan uji VDRL dengan menggunakan sampel darah. Tes darah tersebut untuk mengetahui antibody yang bereaksi terhadap bakteri penyakit sifilis, Treponema Pallidum. Selain sifilis tes darah tersebut juga dapat mendeteksi penyakit infeksi lainnya seperti HIV, malaria, dan pneumonia.

6. Deteksi Infeksi Hepatitis B

Cara mengetahui infeksi Hepatitis B adalah dengan pemeriksaan HBsAg. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencegah transmisi hepatitis B kepada pasangan melalui hubungan seksual dan dampak buruknya terhadap janin seperti cacat dan kematian akibat penularan congenital selama kehamilan. Apabila HBsAg lebih dari 6 bulan waspadai penyakit kronis.

couple
Pernikahan akan lebih baik dengan premarital check-up. (Foto: Pexels/Pixabay)

7. Deteksi Penyakit Penyebab Kelainan Selama Kehamilan

Pemeriksaan ini bertujuan mengetahui kuman yang dapat berkembang selama kehamilan seperti Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus, dan Herpes Simplexberdasaekan aktivitas imuniras humoral IgG sebagai penanda infeksi. Infeksi virus dan bakteri-bakteri tersebut pada saat kehamilan atau sebelum hamil beresiko pada keguguran, kelahiran prematur, atau kelainan janin. (avia)

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan