Polisi Ungkap Sebagian dari 68 Teroris Rencanakan Beraksi Pada 22 Mei
Jumat, 17 Mei 2019 -
MerahPutih.Com - Sejak Januari hingga Mei 2019, Densus Antiteror 88 sudah menangkap sekitar 68 terduga teroris. Delapan diantaranya tewas saat penggerebekan. Maraknya penangkapan terduga teroris menurut Kadiv Humas Polri Irjen M Iqbal mayoritasnya anggota Jamaah Ansharut Daulah (JAD).
Jaringan ini, lanjut Iqbal tengah merencanakan aksi amalia yakni teror dengan menyerang kerumuman massa. Puncaknya, JAD mengincar aksi 22 Mei nanti.
"Merencanakan aksi amalia, nah ini ya melaksanakan aksi amalia atau aksi teror dengan menyerang kerumunan massa pada tanggal 22 mei mendatang dengan menggunakan bom," kata Iqbal di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat (17/5).
Lebih lanjut Iqbal mengatakan, kelompok ini memang memanfaatkan momentum pesta demokrasi khususnya pengumuman hasil Pemilu 2019 oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).
"Nanti akan kita tanyakan bagaimana pengakuan tersangka. Karena bagi kelompok ini, demokrasi adalah paham yang tak sealiran dengan mereka. Nanti istilahnya akan mereka sampai kan. Dan ini adalah target mereka," jelas Iqbal.

Ia pun mengimbau, masyarakat tak hadir dalam pengumuman pemenang pemilu di KPU nanti.
"Oleh karena itu lewat forum ini kepolisian ini saya selaku kepala divisi humas juga sebagai juru bicara menyampaikan bahwa pada tanggal 22 mei masyarakat kami himbau tak turun," terang Irjen M Iqbal.
"Ini akan membahayakan karena mereka akan memyerang semua massa termasuk aparat, massa yang berkumpul dengan menggunakan bom," tambah Iqbal.
Dalam kaitan dengan rencana aksi teroris, Mabes Polri merilis video berupa ucapan pelaku teror yang menyasar unjuk rasa penolakan hasil Pemilu melalui people power pada tanggal 22 Mei di Gedung KPU, Jakarta Pusat.
Dalam video itu, pelaku teror yang bernama DY menyatakan akan melakukan aksi bom melalui kendali jarak jauh. Berikut petikan pernyataan Dede Yusuf dalam video itu:
"Karena di situ memang merupakan pesta demokrasi yang menurut keyakinan saya (demokrasi) adalah syirik akbar yang membatalkan keislaman. Yang termasuk barokah melepas diri saya dari kesyirikan tesebut," katanya.
Pelaku menggunakan bom yang sudah dirangkai dengan menggunakan remote control.
"Yang mana pada tanggal tersebut, sudah kita ketahui bahwa di situ akan ada kerumunan massa yang merupakan event yang bagus untuk saya untuk melakukan amaliah," kata DY dalam video tersebut.
Menurutnya, pesta demokrasi dalam keyakinan kelompoknya adalah perbuatan syirik akbar yang membatalkan ke-Islaman. Dengan melakukan aksi amaliah tersebut, ia mengatakan, akan melepaskan diri dari perbuatan syirik tersebut.
“Itu termasuk barokah untuk diri saya, lepas dari kesyirikan tersebut,” ungkap DY lewat video yang dirilis Mabes Polri.(Knu)