Penyerapan dan Eksekusi Pembiayaan Air Bersih Sangat Kecil
Selasa, 21 Mei 2024 -
MerahPutih.com - Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati menjadi salah satu pembicara dalam sesi diskusi panel World Water Forum Ke-10 2024 di Badung, Bali, Selasa (21/5).
Ia menyampaikan, Kementerian Keuangan tetap menggunakan alat fiskal atau fiscal tool guna mendorong investasi dalam pembiayaan air bersih dan sanitasi.
"Kami menggunakan fiscal tool agar dapat terus memberikan sinyal yang tepat kepada pemerintah daerah serta sektor swasta untuk berinvestasi di bidang air bersih. Kami ingin mendorong semua, semua pihak, pemangku kepentingan untuk bekerja sama," kata Sri Mulyani.
Air menjadi salah satu aspek penting dalam kehidupan masyarakat sehingga telah dialokasikan sekitar 3,4 persen dari APBN. Meskipun terdapat kendala ekonomi, pada tahun 2009 dunia hanya mengalokasikan USD 8,7 miliar dalam bentuk bantuan pembiayaan untuk pembangunan air dan sanitasi.
Baca juga:
Hidangan khas Nusantara Manjakan Lidah Delegasi World Water Forum
Ia menilai jumlah tersebut tergolong kecil jika dibandingkan dengan kebutuhan investasi tahunan di bidang air dan sanitasi yang jauh lebih besar.
Negara-negara berkembang menghabiskan sekitar 0,5 persen dari produk domestik bruto (PDB) untuk air setiap tahunnya, dan hanya 70 persen dari anggaran tersebut yang terbelanjakan.
"Jadi uangnya sudah kecil, penyerapan dan eksekusinya pun semakin keci. Diperlukan peraturan yang jelas dan tepat dalam skema pembiayaan campuran atau blended finance guna menarik lebih banyak investasi di sektor air dan sanitasi," katanya.
Data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dunia hanya memiliki waktu tujuh tahun untuk mengejar Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), terutama yang berkaitan dengan air.
Baca juga:
Pertama Kalinya, World Water Forum Bakal Hasilkan Deklarasi Tingkat Menteri
Polusi air dan perubahan iklim menjadi penyebab yang mendesak. Saat ini, 4 juta orang hidup di wilayah krisis air. Satu dari 4 kota menghadapi kerawanan air. (*)