Penyebab Beser dan Mengompol pada Kelompok Lansia dan Laki-Laki
Senin, 23 Agustus 2021 -
BESER dan mengompol pada kelompok lansia dan laki-laki seringkali dianggap normal. Pada hakekatnya itu merupakan gangguan kesehatan yang dapat menurunkan kualitas hidup, menimbulkan gangguan seksual bahkan depresi. Masyarakat dihimbau untuk mewaspadai gangguan ini dan segera berkonsultasi kepada dokter untuk mendapatkan terapi yang tepat.
Hasil penelitian Perkumpulan Kontinensia Indonesia (PERKINA) pada tahun 2020 yang melibatkan 585 responden yang terdiri dari 267 pria dan 318 perempuan, menunjukkan bahwa 11,6% atau sekitar 68 dari responden mengalami gangguan berkemih. Artinya, sekitar 1 dari 10 orang memiliki gangguan tersebut.
Baca Juga:

Ini pun menjadi hal yang cukup berpengaruh, baik dari segi kualitas hidup seseorang, hingga beban pengobatan di masyarakat. “Mengompol atau Enuresis sendiri merupakan kondisi ketika seseorang tidak dapat menahan keluarnya air kencing yang bisa terjadi ketika seseorang tidur atau terbangun," tutur Ketua PERKINA, Prof. dr. Harrina Erlianti Rahardjo, SpU (K), PhD.
Kondisi ini tidak hanya terjadi pada anak-anak, namun juga bisa terjadi pada pria dewasa dan usia tua. Mengompol ini sendiri erat kaitannya dengan kondisi yang disebut Inkontinensia Urin, yaitu ketidakmampuan berkemih secara volunteer.
”Proses penuaan akan berdampak pada pengaturan sistem berkemih. Normalnya, sistem saraf parasimpatis akan melakukan stimulasi kontraksi otot-otot di kandung kemih (otot detrusor) dengan adanya reseptor muskarinik dan alpha-1. Sementara sistem saraf simpatis menghambat kontraksi dengan adanya reseptor beta-2. Efek Penuaan akan berdampak terhadap peningkatan aktivitas otot detrusor, penurunan sensasi ingin berkemih, serta penurunan kekuatan otot sfingter di saluran kemih.
Peningkatkan aktivitas otot detrusor dapat disebabkan oleh keadaan hiperrefleks seperti riwayat stroke, Parkinson, demensia serta instabilitas akibat proses penuaan, obstruksi, batu kandung kemih, atau pembesaran prostat,” urai Prof. Dr. dr. Siti Setiati, Sp.PD, KGer, M.Epid, Divisi Geriati Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM.
Baca Juga:

Penyebab paling umum gangguan berkemih atau dikenal dengan Lower Urinary Tract Symptoms (LUTS) pada pria antara lain obstruksi prostat jinak atau dikenal juga dengan Benign Prostate Hyperplasia (BPH), overactive bladder/detrusor overactivity, dan poliuria nokturnal.
"Penyebab lainnya yang perlu dipertimbangkan antara lain batu ureter distal, tumor kandung kemih, striktur uretra, infeksi saluran kemih, benda asing, disfungsi neurogenik kandung kemih, chronic pelvic pain syndrome (CPPS)/prostatitis kronik, dan underactive bladder/detrusor underactivity," urai Dr. dr. Nur Rasyid, SpU (K), Departemen Medik Urologi FKUI-RSCM.
Dalam paparannya, ia mengemukakan, “Tata laksana konservatif beser dan ngompol pada pria dan lansia secara umum yang dapat dilakukan oleh pasien dengan gangguan berkemih sebelum diagnosis ditegakkan adalah menggunakan pampers, menjaga berat badan sesuai rekomendasi berdasarkan indeks massa tubuh yang ideal, menghindari atau mengurangi konsumsi kafein dan alkohol, menjaga pola konsumsi cairan yang secukupnya, tindakan pijat uretra, dilakukan untuk mengurangi rasa tidak tuntas pasca buang air kecil.”
“Terapi farmakologis untuk gangguan pria diberikan terutama untuk gangguan berkemih dengan gejala yang cukup mengganggu. Untuk gangguan berkemih dengan gejala pengosongan (voiding) yang diakibatkan oleh obstruksi yang umumnya adalah BPH, pemberian obat-obatan yang dapat diberikan antara lain α1-blocker, 5- α reductase inhibitor (5-ARIs), dan phosphodiesterase 5 -inhibitors (PDE5-I). Untuk gangguan berkemih dengan gejala penyimpanan (storage) akibat masalah non-obstruksi yakni OAB dapat diberikan anti-muskarinik dan beta-3 agonis5 6," tutupnya. (avia)
Baca Juga: