Penjelasan Azyumardi Azra Terkait Wacana Islam Nusantara

Minggu, 19 Juli 2015 - Eddy Flo

MerahPutih Nasional - Lahirnya wacana Islam Nusantara tak terlepas dari efek kekerasan yang mengatasnamakan Islam yang beberapa dasawarsa ini melanda dunia internasional.

Sebut saja sejumlah pemboman dan pembunuhan yang berdalih membela Islam, muncul pemberontakan radikalis Islam di beberapa negara dan terakhir muncul ke permukaan kekejaman ISIS yang dengan kencang memproklamirkan Negara Islam.

Fenomena kekerasan yang mengatasnamakan Islam ini, tentu saja menimbulkan banyak efek negatif bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Muncul Islamofobia di sejumlah negara Eropa, stigma teroris bagi orang Muslim, hingga kekerasan terhadap minoritas Muslim mendera beberapa belahan dunia.

Disisi lain, di negara-negara Islam Asia Tenggara, khususnya Indonesia, kehidupan umat Muslim menampilkan panorama yang santun, damai, toleran, dan menghargai perbedaan perlu ditransformasikan guna menghilangkan stiqma kekerasan atas nama Islam, yang kian melekat di mata dunia internasional.

Oleh sebab itu perlu adanya suatu gagasan yang tekstual dan kontekstual untuk menangkal gerakan radikal mengatasnamakan Islam.

Azyumardi Azra, seorang intelektual Muslim ternama mengatakan Islam Nusantara bukanlah nama yang baru muncul, Islam Nusantara mengacu kepada gugusan kepulauan yang mencakup Malaysia, Pattani Thailand, Moro Filipina, Singapura dan Brunai, atau sering juga disebut Islam Asia Tenggara.

Lantas, apa yang membedakan Islam Nusantara dan Islam yang ada di Timur Tengah atau Saudi Arabia?

Menurut Azyumardi Azra, seperti yang dikutip merahputih.com dari beberapa sumber terpercaya, menyebutkan doktrin Tauhid Islam Nusantara tidak berbeda dengan mayoritas Muslim ahlusunnah wal jamaah di dunia, meyakini doktrin Rukun Iman dan Rukun Islam secara utuh. Namun, pada sebagian praktek ibadah, dipengaruhi kebudayaan lokal, dan tasawuf seperti perayaan maulid nabi, walimatul ars, tahlilan dan lainnya.

Singkatnya, Islam Nusantara sangat terpengaruh sejumlah tokoh pemikir Islam pertengahan. Seperti pemikiran kalam (teologi) Asy'ariyah, fiqih Syafi'i, tasawuf sunni al-Ghazali, dan praktek tokoh sufi seperti Abdul Qodir Jailani.

Berbeda dengan Islam Timur Tengah atau Saudi Arabia, yang cenderung saklek dan kaku, sebab hanya memiliki dua tokoh sentral pemikir. Seperti kalam (teologi) Salafi-Wahabi dan Fiqh Hambali, yang cenderung sangat tekstual.

"Makanya tak heran jika aliran ini dengan mudah mengkafirkan umat Islam lainnya, dan menganggap ibadah yang tidak pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad adalah bid'ah," katanya.

Selain itu, aliran ini sama sekali tidak mengakui adanya aliran tasawuf yang banyak dipraktekkan di Indonesia, bahkan dunia Islam pada umumnya.(fdi)

 

Baca Juga:

Habib Rizieq : Islam Nusantara No, Islamkan Nusantara Yes

Rhoma Irama Tolak Islam Nusantara

Quraish Shihab Setuju Islam Nusantara

FPI: Islam Nusantara Agenda Liberal Yahudi

 

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan