Peningkatan Curah Hujan Sepekan ke Depan, BMKG Ungkap Pemicunya

Selasa, 30 April 2024 - Ananda Dimas Prasetya

MerahPutih.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memonitor masih terjadinya hujan intensitas sangat lebat hingga ekstrem di beberapa wilayah di Indonesia.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto mengungkapkan bahwa dalam sepekan ke depan, BMKG mengidentifikasi masih adanya potensi peningkatan curah hujan secara signifikan.

“Yakni di sebagian besar Sumatera, Jawa bagian barat dan tengah, sebagian Kalimantan dan Sulawesi, Maluku dan Sebagian besar Papua,” kata Guswanto dikutip di Jakarta, Selasa (30/4).

Menurut Guswanto, potensi hujan signifikan terjadi karena kontribusi dari aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO), Gelombang Kelvin dan Rossby Equatorial.

“Ditambah kondisi suhu muka laut yang hangat pada perairan wilayah sekitar Indonesia," tambah Guswanto.

Baca juga:

BMKG Peringatkan Gelombang Tinggi di Perairan Indonesia

Hal ini tentu saja dapat meningkatkan pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah di Indonesia.

Sementara itu, Kepala Pusat Meteorologi Publik Andri Ramdhani menerangkan bahwa pada bulan April merupakan periode peralihan musim dari musim hujan ke musim kemarau di sebagian besar wilayah di Indonesia.

Sehingga masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan dan antisipasi dini terhadap potensi cuaca ekstrem seperti hujan lebat dalam durasi singkat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang, angin puting beliung, dan fenomena hujan es.

Baca juga:

Cuaca Panas Ekstrem Asia Tenggara Catatkan Rekor Tertinggi

Salah satu ciri masa peralihan musim adalah pola hujan yang biasa terjadi pada sore hingga menjelang malam hari dengan didahului oleh adanya udara hangat dan terik pada pagi hingga siang hari.

“Hal ini terjadi karena radiasi matahari yang diterima pada pagi hingga siang hari cukup besar dan memicu proses konveksi (pengangkatan massa udara) dari permukaan bumi ke atmosfer sehingga memicu terbentuknya awan,” jelas Andri dikutip di Jakarta, Selasa (30/4).

Karakteristik hujan pada periode peralihan cenderung tidak merata dengan intensitas sedang hingga lebat dalam durasi singkat.

Baca juga:

Masuk Musim Hujan, Ahli Berikan 3 Cara Pencegahan Anti Sakit

Apabila kondisi atmosfer menjadi labil/tidak stabil maka potensi pembentukan awan konvektif seperti awan Cumulonimbus (CB) akan meningkat. Awan CB inilah yang erat kaitannya dengan potensi kilat/petir, angin kencang, puting beliung, bahkan hujan es.

“Dalam dua hingga tiga hari kedepan, potensi labilitas Lokal Kuat yang mendukung proses konvektif pada skala lokal terdapat di hampir sebagian besar wilayah Indonesia,” ujar Andri.

Andri mengimbau masyarakat agar tetap tenang meski perlu tetap waspada terhadap potensi bencana terutama banjir yang sewaktu-waktu dapat terjadi. (*)

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan