Pemerintah Sebut Deteksi Virus COVID-19 Baru Terlihat Setelah 7 Hari
Selasa, 24 Maret 2020 -
MerahPutih.com - Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Corona Achmad Yurianto menyebut rapid test virus corona (COVID-19) menggunakan metode pemeriksaan antibodi.
Meurut Yurianto, jika hasil rapid test menunjukkan negatif COVID-19, maka pemeriksaan akan diulang kembali.
Baca Juga:
Ahli Waris Korban COVID-19 Dapat Santunan, Berapa Besarannya?
"Kita telah menyepakati bahwa kita akan mengulang kembali setelah 10 hari," kata Yurianto melalui siaran langsung BNPB, Selasa (24/3).
Bilamana pemeriksaan kedua dilakukan karena hasil tes negatif, bukan jaminan tak terinfeksi. Dia mengatakan, bisa saja orang tersebut terinfeksi namun masih pada tahap awal lantaran antibodi belum terbentuk.
"Bisa saja terinfeksi tapi pada tahap-tahap awal. Karena antibodinya belum terbentuk," jelasnya.
Yuri mengungkapkan, butuh waktu 6 hingga 7 hari agar antibodi terbentuk. Dari antibodi tersebut, kemudian identifikasi virus corona bisa dilakukan.
"Harapan kita bahwa antibodi itu sudah terbentuk dan kita bisa mengidentifikasinya," sambung dia.

Kalau hasilnya positif, maka diyakini sedang terinfeksi oleh virus.
"Tapi kalau hasilnya negatif dua kali, kita bisa meyakini bahwa tidak terinfeksi oleh virus tetapi juga dimaknai tidak ada antibodi di dalam tubuhnya, artinya sangat mungkin bisa terinfeksi kalau mengabaikan upaya-upaya terhadap pencegahan," kata Yuri.
Ia menambahkan, hampir 80 persen pasien positif virus corona di Indonesia menunjukkan gejala ringan. Namun, ada juga pasien yang menunjukkan gejala sedang.
Ia mengatakan, pasien positif corona dengan gejala ringan sebetulnya bisa diobati dengan cara mengisolasi diri di rumah. Dengan begitu, sebut dia, tidak perlu sampai dirawat di rumah sakit (RS).
"Ini yang kemudian akan kita dorong sehingga tidak semua kasus positif menjadi beban layanan perawatan rumah sakit," jelasnya.
Dia menuturkan, prioritas berikutnya rapid test dilakukan terhadap tenaga medis yang menangani pasien virus corona. Mereka dinilai paling rentan tertular karena posisinya paling dekat dengan pasien positif virus corona.
"Prioritas berikutnya kita melakukan pemeriksaan kepada semua tenaga kesehatan tekait layanan terhadap pasien COVID-19 termasuk front office rumah sakit karena kita tahu mereka adalah kelompok yang sensitif tehadap pasien positif COVID-19," ucapnya.
Baca Juga:
Yurianto mengatakan, andai peralatan untuk tes kilat sudah cukup banyak, pola tracing kedua adalah melakukan pemeriksaan berbasis pada kewilayahan.
"Sebagai contoh di Jakarta ini adalah wilayah Jakarta Selatan yang sudah diidentifikasi dan dipetakan, maka ini jadi prioritas kita," kata dia.
Untuk pelaksanaan tesnya, Yuri mengatakan akan dilakukan secara desentralisasi dengan memanfaatkan pusat layanan kesehatan di daerah tersebut.
Seperti diketahui, jumlah pasien positif terinfeksi virus corona (COVID-19) disebut bertambah menjadi 686 orang pada Selasa (24/3). Dari jumlah itu, korban meninggal mencapai 55 orang, dengan jumlah yang sembuh 30 orang. Pada Senin (23/3), jumlah pasien Covid-19 mencapai 579 kasus, 49 meninggal, 30 Sembuh. (Knu)
Baca Juga: