Pemerintah Harus Pakai Skenario Terburuk Hadapi Hepatitis Akut

Sabtu, 07 Mei 2022 - Zulfikar Sy

MerahPutih.com - Penyakit hepatitis akut menjadi sorotan dunia setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) pada 15 April 2022. WHO menerima laporan 169 kasus di 12 negara, termasuk Indonesia.

Ahli Epidemiologi Griffith University Australia Dicky Budiman berpendapat, pemerintah harus memakai skenario terburuk dalam menghadapi atau mengatasi fenomena penyakit hepatitis akut.

"Yang namanya anak lakukan vaksinasi imunisasi rutin program mau apapun itu, kebersihan makanan, kebersihan diri, dia jangan pegang sana pegang sini, kemudian masalah makanan dan minuman ini harus jaga betul kebersihannya," ujar Ahli Epidemiologi Griffith University Australia Dicky Budiman saat dihubungi, Sabtu (7/5).

Baca Juga:

[HOAKS atau FAKTA]: Hepatitis Akut akibat Efek Samping Vaksin COVID-19

Meskipun kasusnya masih sedikit terdeteksi, kata Dicky, pemerintah harus melihat fakta di tengah keterbatasan deteksi seperti tes dan kesadaran masyarakat.

"Artinya jelas ini ada ketelatan deteksi, jelas ada, karena seringkali saya sampaikan sebagian masyarakat kita bisa salah menginterpretasikan ini penyakit kuning biasa," papar Dicky.

Untuk itu, Dicky meminta kepada pemerintah untuk melakukan deteksi dini. Sebab, membangun surveilans seperti ini ke depan akan bisa lebih baik.

Bila tidak mitigasi lebih awal, lanjut Dicky, Indonesia akan tertinggal atau kecolongan. Sumber daya manusia yang ada di Indonesia akan menurun dan bisa banyak jatuh korban.

"Artinya akan bisa banyak telat-telat seperti kasus awal. Kemudian bahwa Indonesia memiliki kasus outbreak iya, ini menunjukkan bahwa di Indonesia mungkin banyak penyakit yang kita juga belum tahu," tutur Dicky.

Baca Juga:

PSI Minta Anies Pasang Alarm Kewaspadaan Hepatitis Akut di Jakarta

"Jangankan Indonesia, di negara maju itu setahun itu bisa ada 4-5 kasus hepatitis yang gak jelas etiologinya atau penyebabnya. Apalagi kita Indonesia yang begitu luas masyarakatnya, dan juga keanekaragaman hayati dan virus di Indonesia itu luar biasa," ucapnya.

Terakhir Dicky menuturkan, program vaksinasi hepatitis harus tetap berjalan. Vaksinasi tidak boleh kendur.

"Jangan sampai di tengah pandemi ini bermunculan wabah-wabah seperti ada campak nanti, difteri, nah ini seperti terjadi di Jepang. Nah ini kita jangan menunggu terjadi ledakan. Nah kasus-kasus tambahan baru itu yang harus kita cegah," pungkas Dicky. (Asp)

Baca Juga:

Hepatitis Akut pada Anak Merebak, Orangtua Wajib Waspada

Bagikan

Baca Original Artikel

Berita Terkait

Bagikan