Paparan Tayangan Dewasa Bisa Membuat Anak Rentan Stres
Kamis, 18 November 2021 -
PAPARAN tontonan yang tidak sesuai dengan usia anak, bisa membuat mereka mengalami stres. Itu disebabkan karena produksi hormon adrenalin dan kortisool yang lebih banyak.
Penjelasan tersebut dipaparkan oleh spesialis kedokteran Jiwa, dr. Feilin Tanita dari Universitas Sebelas Maret Surakarta. Menurutnya, anak-anak bisa mengalami stres ketika menonton atau main gim yang berhubungan dengan kekerasan atau horor. Karena itu orang tua patut mendampingi sang buah hati.
Baca Juga:
Cara Cerdas Mencegah Anak Menonton Film Dewasa di Layanan Streaming

"Anak belum bisa membedakan mana akting dan kenyataan. Otak menganggap itu nyata dan direspons sebagai bahaya," tutur dr. Felin, seperti yang dikutip dari laman Antara.
Karena anak menganggap apa yang ditonton sebagai bahaya, otak anak kemudian memproduksi hormon adrenalin dan kortisol yang lebih banyak. Kadar adrenalin yang banyak serta berkepanjangan, dapat mengganggu hampir semua proses di dalam tubuh.
Anak bisa menjadi berdebar-debar karena detak jantung yang berlebihan, juga tekanan darah tinggi. Mereka juga mengalami peningkatan lemak dalam darah, peningkatan gula darah, hingga pembekuan darah yang lebih cepat, sampai menimbulkan plak.
Adapun kadar adrenaline yang terlalu banyak pun dapat merangsang tiroid, gangguan pencernaan, gangguan tidur, depresi, hingga penurunan konsentrasi dan daya ingat.
Ada sejumlah isi acara televisi yang patut diwaspadai menurut dr. Felin, yakni kekerasan dalam film, sinetron atau berita, konten pornografi, konten berisi kejahatan, yang di dalamnya tokoh jahat sering dieksploitasi dibanding dengan tokoh baik.
Baca Juga:
Permainan Bersifat Aktif Sangat Ideal Bagi Anak

Tak hanya itu, orangtua pun perlu untuk memastikan sang anak agar tak terjebak dalam pola menonton yang membuatnya ketagihan atau ketergantungan. Contohnya, buatlah kesepakatan dengan buah hati tentang jadwal menonton, acara yang boleh ditonton dan durasi menonton televisi atau lewat platform digital.
"Dampingi anak saat menonton sehingga orangtua bisa memberi pemahaman tentang kepura-puraan dalam film. Diskusikan juga pesan moral yang bisa menambah kehangatan dan komunikasi anak serta orangtua," pesan dr. Felin.
Selain itu, dr. Felin juga mengimbau untuk memanfaatkan media televisi sebagai sumber belajar, mendapat informasi, membangun sporitivitas lewat acara olahraga, dan memberikan hiburan.
Perihal tayangan televisi, Hardly Stefano selaku Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat bidang Kelembagaan, menuturkan bahwa penonton akan mendapatkan konten yang lebih beragam, paska perpindahan sistem dari analog ke digital, termasuk siaran khusus untuk anak-anak.
Hardly menyampaikan, bahwa pihaknya kan terus mendorong saluran spesifik untuk anak, serta mengawasi tayangan anak yang sudah ada. (Ryn)
Baca Juga: