Pandemi Bikin Kehidupan Campur Aduk

Rabu, 21 Oktober 2020 - P Suryo R

SANNY gelisah, ia baru saja tahu orang terdekatnya terpapar COVID-19. Belum lagi, orangtuanya ternyata tidak percaya dengan adanya virus tersebut. Segalanya membuatnya khawatir hingga lupa makan dan tidak masuk kerja.

Apa yang membuatmu stres di tengah pandemi ini? Orang-orang terdekat yang ternyata tertular virus corona? Orangtua yang tidak percaya dengan virus tersebut? Atau terlalu lama di rumah? Sanny mengalami itu semua selama ini.

Baca Juga:

Antistres, Makanan ini Bikin Tetap Waras

pandemi
Pandemi COVID-19 membuat sebagian orang terjebak dalam stres. (Foto: Pexels/Polina Tankilevitch)

Terlalu lama di rumah sempat menjadi salah satu sumber stresnya, tetapi orang terdekatnya yang tertular COVID-19 adalah penyebab utamanya. Belum lagi ternyata orang tersebut menolak atau tidak percaya kalau dirinya telah tertular virus tersebut. Keluarganya lebih percaya konspirasi, katanya.

"Takutnya menular ke orangtua aku dan ortu aku enggak percaya soal positif negatif," ungkap Sanny.

Siapa yang mau tertular virus tersebut. Jika tubuhmu tidak kuat kemungkinan terbesarnya dapat merenggut nyawamu. Sanny sangat takut dan khawatir kalau yang tertular adalah orangtuanya. Namun, apa daya, orangtuanya tidak percaya dengan COVID-19.

Sanny pun menjadi tertekan dan stress. Pagi hari, ia harus masuk kerja. Menjalani hari-harinya sebagai dokter gigi. Nafsu makan hilang karena ia hanya memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi.

Baca Juga:

10 Aplikasi Kencan Diinstal, Bukti 'Menggila' Cari Jodoh di Tengah Pandemi

stres
Stresnya berdampak pada kesehatannya. (Foto: Pexels/Kat Jayne)

Sanny yang tinggal berjauhan dari orangtuanya juga merasakan dadanya sesak. Bertengkar melalui telepon bukanlah sesuatu yang menyenangkan. Menangis adalah hal yang dapat ia lakukan saat itu karena pikirannya sudah terlalu kacau.

"Nangis terus aku. Tiap diam, terus (kalau) enggak ada orang aku nangis," jujur Sanny.

Terlalu banyak beban pikiran hingga akhirnya ia jatuh sakit karena tidak makan. Hanya sehari, tetapi sangat berefek baginya. Ia sebelumnya tidak pernah stres hingga tidak makan dan jatuh sakit.

Tidak membutuhkan waktu yang lama. Keluarga dari orang terdekatnya yang tertular COVID-19 tersebut ternyata juga tertular. Akhirnya dia baru mempercayai adanya virus corona ini. Sedikit lega dirasakan Sanny karena akhirnya dia mau pergi dikarantina. Namun, pikiran-pikiran negatif masih menghantuinya. Masih ada rasa gelisah di dalam dirinya.

Rasa takut dan khawatir yang berlebihan ini lepas ketika ia melihat orang yang terpapar virus tersebut telah selesai masa karantinanya. Lebih menariknya lagi, ternyata dia bahkan dapat beraktivitas dan jalan-jalan dengan teman-temannya dengan leluasa.

"Sampai orangnya keluar rumah baru aku selesai sedihnya. Buat apa sedih orangnya saja udah beraktivitas," kata Sanny.

Baca Juga:

2 Jam Nonton di Bisokop Berujung 14 Hari Karantina, Apakah Sepadan?

stres
Stres hanya bersumber dari diri sendiri. (Foto: Pixabay/Anemone123)

Sanny yang tadinya terus kepikiran, akhirnya memilih untuk melepaskan pikiran yang membebaninya tersebut dan menjalani hari seperti biasa. Menurutnya, buat apa memusingkan hal yang tidak penting. Karena orang yang bersangkutan pun tidak ada jeranya.

Stres terkadang muncul dari pikiran kita sendiri. Terlalu banyak berpikir yang negatif akan menjadi beban buat kita. Terkadang memang sulit untuk mengatur bagaimana kita berpikir. Salah satu cara agar tidak terlalu stres adalah mengurangi pikiran kita.

Seperti yang dilakukan Sanny, ia mencoba untuk tidak lagi terlalu memikirkan orang terdekatnya tersebut. Ia merasa memikirkan hal yang menjadi sumber stressnya bukan hanya menyebabkan stress tetapi juga sakit kepala. Jadi, hindarilah terlalu banyak berpikir hal-hal yang negatif. Selain itu, di tengah pandemi ini, ikuti protokol kesehatan yang ada. Jadi, dari dirimu sendiri dapat meminimalisir terpapar virus corona. (may)

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan