Nikmatnya Es Selendang Mayang di Festival Dongeng Jakarta
Minggu, 25 Oktober 2015 -
MerahPutih Kuliner - Tak banyak yang tahu dengan minuman khas Betawi satu ini. Namanya kurang tenar jika dibandingkan kerak telor dan Bir Pletok yang juga merupakan kuliner khas Ibu Kota.
Berbahan dasar tepung beras, bercampur gula dan santan, membuat minuman yang satu ini berasa nikmat saat diteguk. Apalagi ketika cuaca terik dan panas.
Ya, Es Selendang Mayang namanya. Minuman bercampur ini sepintas mirip dengan kue lapis. Namun, Selendang Mayang harus dinikmati dengan campuran santan, gula merah dan sedikit es untuk menambah kenikmatannya.
Kue berlapis tiga berwarna merah, putih dan hijau adalah ciri khas dari minuman Es Selendang Mayang.
"Dia berwarna merah, putih dan hijau, ini ciri khasnya," kata Bang Afid, penjual Es Selendang Mayang di Setu Babakan, Sabtu (24/10).
Menurut pengakuannya, kuliner yang sudah turun temurun ini sudah semakin sulit ditemukan oleh khalayak umum. Sebab, katanya, sudah jarang ada orang bisa membuat dan menyajikan minuman khas Betawi itu.
"Jarang yang bisa bikin, padahal jika dipelajari atau dibikin sangat sederhana, makanya jarang ditemui, kalau pun ada, barang kali di festival jajanan Betawi dan kondangan," terangnya.
Bang Afid yang sudah berjualan sekira 10 tahun lalu ini mengaku memulai bisnisnya secara turun-temurun.
"Ini bisnis keluarga, dari kakek dan orangtua, mereka mewariskannya kepada saya," ungkapnya.
Bang Afid juga mengakui bahwa minuman yang sudah ada sejak zaman dulu ini tidak bisa sembarangan dalam membuatnya.
"Mulai dari pemilihan bahan sampai cetakan untuk penyajian minuman perlu trik dan wadah yang tepat. Kalau tidak begitu, kue berlapis tiga itu bisa rusak dan lengket kemana-mana, bahkan proses pemotongan kue tidak boleh menggunakan pisau," ujarnya.
Lebih lanjut Afid mengatakan, semakin langkahnya minuman khas Betawi ini membuat dia tergerak untuk membuat perkumpulan pedagang Es Selendang Mayang.
"Untuk menjaga kuliner Betawi, saya dan teman-teman berusaha untuk menjaga dan melestarikannya dengan cara berjualan di sekitar Setu Babakan."
Selain untuk melestarikan, sebagai mata pencaharian juga terbilang masih bisa mencukupi kebutuhan keluarga.
"Segelas Goceng (5000), soal keuntungan tergantung usaha, cukup lah," tuntasnya. (fdi)
BACA JUGA:
- Mengenal Sejarah Kuliner Nusantara
- Wisata Kuliner Khas Makassar di Jakarta
- Kuliner Super Pedas dari Penjuru Dunia
- Krengsengan Kambing Khas Jawa Timur yang Menggugah Selera