Naskah Lontar Kuno, Warisan Budaya Dunia yang Terancam Musnah

Senin, 22 Mei 2017 - Rina Garmina

Banyak naskah kuno berbahan lontar yang dianggap keramat. Akibatnya pemiliknya melarang naskah lontar kuno itu dibaca atau diperbaiki. Efeknya, naskah-naskah tersebut lapuk atau hancur di peti penyimpanannya. Bila hal ini terus terjadi, warisan budaya dunia itu bisa saja punah.

Miris melihat fenomena tersebut, Dinas Kebudayaan Kabupaten Badung pun mengonservasi 302 naskah lontar kuno. "Upaya ini dilakukan untuk melestarikan naskah kuno berbentuk lontar di Badung," kata Kepala Dinas Kabupaten Bandung, Ida Bagus Anom Bhasma.

Namun, tidak semua naskah lontar tersebut dalam kondisi bagus. Dari 302 naskah yang ditemukan di Desa Angantaka, Blahkiuh, Carangsari dan Keronokan, serta Kelurahan Kedonganan dan Tuban, 63 rusak. Kegiatan pelestarian tersebut diimplementasikan dengan memberikan pelatihan teknik perawatan lontar dan bantuan alat serta bahan perawatan lontar.

Kedudukan lontar

Lontar erat kaitannya dengan sistem kepercayaan dan kehidupan keagamaan masyarakat Bali. Bagi masyarakat Bali, lontar adalah kitab suci yang dijadikan pegangan hidup sehari-hari. Bahkan ada hari khusus yang ditetapkan untuk menghormati dan menyucikan lontar, yaitu hari Puja Saraswati.

Puja Saraswati ditandai dengan kegiatan membuat candi aksara atau pustaka dari lontar-lontar pilihan. Setelah candi terbentuk, warga Bali melakukan pemujaan pada pagi hari. Sementara pada malam harinya, mereka membaca dan menyanyikan sastra lontar pilihan semalam suntuh.

Tak dapat ditampik, lontar kaya wujud, jenis, makna dan filosofi. Sederet ahli naskah dari berbagai penjuru dunia mengakui lontar sebagai warisan budaya dunia yang harus diselamatkan, dilestarikan dan dimanfaatkan. Maka, pelestarian naskah lontar kuno seperti yang dilakukan Dinas Kebudayaan Kabupaten Badung dinilai penting untuk menjaga kelestarian naskah daun lontar.

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan