Menilik Koperasi Pemulung Berdaya Daur Ulang 120 Ton Sampah Botol Plastik Jadi Bernilai Ekonomis
Selasa, 05 Agustus 2025 -
Merahputih.com - Pekerja mengolah sampah botol plastik menjadi cacahan plastic sebagai bahan biji plastik di Koperasi Pemulung Berdaya atau Recycle Business Unit (RBU) Tangerang Selatan, Banten, Selasa (5/8/2025).
Sampah botol plastik merupakan salah satu ancaman terbesar bagi lingkungan hidup saat ini. Secara global, diperkirakan ada lebih dari 1 juta botol plastik yang dibeli setiap menit, dan hanya sekitar 9% yang benar-benar didaur ulang. Selebihnya berakhir di tempat pembuangan akhir, mencemari sungai, laut, hingga menciptakan mikroplastik yang masuk ke rantai makanan manusia. Di Indonesia sendiri, lebih dari 3,2 juta ton sampah plastik dihasilkan setiap tahun, menjadikan negara ini salah satu penyumbang sampah plastik terbesar di dunia.
Namun, di tengah situasi yang memprihatinkan ini, hadir harapan dari Koperasi Pemulung Berdaya atau Recycle Business Unit (RBU) di Tangerang Selatan, Banten. Di tempat ini, para pekerja mengolah limbah botol plastik menjadi cacahan plastik yang bernilai ekonomis. Kegiatan ini tidak hanya menyelamatkan lingkungan, tetapi juga memberi peluang kerja bagi masyarakat yang selama ini berada di sektor informal.
Setiap bulannya, RBU menghasilkan sekitar 100 hingga 120 ton cacahan plastik, yang dijual seharga Rp 12.000 per kilogram. Cacahan ini kemudian diolah kembali menjadi bahan baku biji plastik yang digunakan untuk memproduksi berbagai barang, seperti pot bunga, ember, hingga komponen otomotif. Dari sampah yang dianggap tak bernilai, muncullah sumber daya baru yang mendukung ekonomi sirkular.
Inisiatif ini membuktikan bahwa solusi terhadap krisis sampah bisa dimulai dari langkah sederhana namun berdampak besar. RBU Tangerang Selatan menjadi contoh nyata bagaimana limbah plastik yang selama ini dianggap ancaman, dapat diubah menjadi peluang yang menjanjikan. Dari tumpukan sampah, lahirlah perubahan untuk lingkungan yang lebih bersih dan masa depan yang lebih berkelanjutan. (MP/Didik Setiawan).