Mengintip Fasilitas Mel's Dorm: Penginapan Ramah Backpacker Kawasan Kota Tua
Kamis, 25 Oktober 2018 -
BELUM genap tengah malam, lampu indikator di ponsel pintar menyala. Setelah dibuka, seorang teman ternyata mengirim pesan via Whatsapp mengajak menjelajah tempat-tempat baru di kawasan Kota Tua Jakarta.
"Wajib banget kepoin Mel`s Dorm. Deket Kali Besar, Kota Tua," pesannya singkat.
Pensaran. Penjelajahan di dunia maya pun dimulai untuk mencari informasi lengkap tempat tersebut. Di laman resminya tersua alamat lengkap hostel di Gedung Kertaniaga, Lantai 2, Kota Tua. Jalan Kali Besar Nomor 8, Pinangsia, Tamansari, Jakarta Barat.
Selesai membookmark alamat, penelusuran berlanjut untuk menemukan ulasan-ulasan mengenai beragam fasilitas tempat tersebut. Namun, hingga tiga halaman dibuka, tak nampak artikel diinginkan.
Makin penasaran. Tim merahputih.com pun bertandang ke lokasi. Setiba di Stasiun Jakarta Kota (Beos), kami disambut sinar matahari menyalak-nyalak. Pusat sinarnya tepat di atas kepala.

Dari stasiun, kami berjalan mengikuti sinar matahari menerpa gedung-gedung tua. Mulai dari Museum Bank Indonesia hingga bangunan Toko Merah.
Di sepanjang jalan, tak ditemukan lokasi tujuan. Kami celingukan tepat di depan Toko Merah sembari menikmati keindahan Kali Besar nan serupa sungai Cheonggyecheon, Korea Selatan.
Sejurus kemudian, di seberang nampak beberapa turis asing bercangkung ransel besar di depan gedung tua. Setelah mendekat, tepat di belakang turis, akhirnya kami bersua sebuah papan nama kecil bertulis "MEL`S DORM" di dinding dekat pintu masuk gedung.
Bergaya Neoklasik
Begitu melewati pintu, kami pun kebingungan mendapati suasana cafe bukan hostel.
Tak lama, seorang pramusaji cafe meminta kami menaiki tangga dengan railling besi berwarna hitam dipadu elemen kayu pada bagian pegangan.
Suasana tampak berbeda ketika sampai di lantai dua. Gaya neoklasik gedung tua Kerta Niaga masih terasa kental dengan sentuhan natural bata ekspos pada ruang depan atau resepsionis Mel`s Dorm.
Sentuhan bata ekspos, tiga lampu gantung, drum kayu ukuran sedang untuk alas vas tanaman, dan lantai bertegel warna-warni menambah kesan vintage.
Tak jauh dari meja resepsionis berdiri seorang pria berkacamata mengenakan sweater berwarna krem. Ia tersenyum ramah menyapa kehadiran kami. Lelaki bernama Hendry Surjadi merupakan Owner Mel's Dorm.

Hendry lantas mengajak berkeliling melihat seluruh fasilitas dan kamar. Nuansa vintage kembali hadir begitu memasuki semacam lobi. Meja kayu panjang menempel tembok bermural menjadi pilihan khusus agar ruangan terkesan lega.
"Kami sengaja tak mengubah bentuk aseli bangunan karena Bangunan Cagar Budaya," kata Hendry kepada merahputih.com.
Ide menginisiasi Mel`s Dorm bermula dari pengalaman Hendry bervakansi ala backpacker ke berbagai negara, terutama Eropa. Ia pun berjumpa para backpacker lain dari berbagai negara.
"Melihat kebiasaan orang Eropa Timur saat backpackern seperinya tak membutuhkan tempat istirahat luas, saya langsung terinspirasi untuk buat penginapan kapsul," kata Hendry.
Meski begitu, pria nan kerap disapa Hendry ini melihat celah lain ketika ingin menggarap hotel kapsul. Pertama, konsep hotel kapsul di luar negeri justru berharga lebih tinggi tarifnya. Kedua, materialnya pun harus didatangkan langsung dari luar negeri. Anggaran jadi membekak. Ia pun memutar otak.
Serupa Asrama
Setelah mencari inspirasi, ia pun menemkan jalan keluar. "Saya memutuskan untuk membuat semacam asrama dengan fasilitas tempat tidur kamar mandi dan sarapan pagi," katanya.
Mel`s Dorm, menurutnya, berasal dari dua kata. "Mel's sendiri adalah nama istri saya dan Dorm (Bahasa Belanda) berarti asrama, konsep sekolah," kata Hendry.
Dengan konsep serupa asrama, para backpacker tak perlu mengeluarkan kocak terlalu dalam. Para backpacker domestik cukup membayar Rp 108.000 per malam, sementara backpacker mancanegara sebesar 8 USD, untuk bisa menikmati beragam fasilitas di Mel`s Dorm.

Sang Owner mengaku turun tangan langsung mengerjakan beberapa hal saat membangun Mel`s Dorm, mulai dari merancang kamar tidur, dipan, hingga bedcover, dengan mempekerjakan pengrajin lokal. "Ini bahanya berasal dari Tanah Abang dan Cipulir," kata Hendry saat memperlihatkan gorden penutup tepat tidur Mel's Dorm.
Bila di bagian depan, ruang resepsionis dan lobi begitu kental unsur vintage, maka bagian dalam di masing-masing kamar tidur memiliki style berbeda. Dengan mengusung konsep modern minimalis, Hendry berharap pengunjung mendapat kesan aktual tentang kamar tidurnya. Material kayu dan besi tetap dipertahankan. Yang berbeda dengan bagian depan hanya balutan warna-warna terang pada hampir seluruh interior.
Hendry berharap para backpacker, siswa studi tour, hingga turis mancanegara bisa merasakan kenikmatan bermalam di Mel`s Dorm. "Saya kira dengan harga yang terjangkau dan fasilitas yang ditawarkan tempat ini akan menjadi favorit bagi anak-anak milenial," katanya. (Zai)
Baca Juga:Wajib, Mengunjungi Museum di Sekitar Kota Tua Jakarta