Mengenal Lebih Jauh Badai El Nino Berikut Dampaknya!

Senin, 07 Januari 2019 - Ikhsan Aryo Digdo

PADA bulan Januari sampai Februari 2019 ini akan terjadi badai El Nino Moderate di Indonesia. Hal tersebut berdasarkan laporan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Akibat badai El Nino, menurut laporan BMKG, bisa menyebabkan kebakaran hutan dan lahan. Lantas, apa sih sebenarnya badai El Nino ini? Kenapa dampaknya cukup serius?

Mengutip Live Science, El Nino merupakan siklus iklim samudra Pasifik dengan dampak cuaca global. Siklus ini dimulai ketika air hangat di Samudera Pasifik tropis barat bergeser ke timur di sepanjang khatulistiwa ke arah pantai Amerika Selatan.

Air hangat ini berada di dekat Indonesia dan Filipina. Selama El Nino, perairan permukaan paling hangat di Pasifik berada di lepas pantai Amerika Selatan bagian barat laut. Menurut ramalan cuaca, El Nino terjadi ketika suhu laut dan curah hujan dari badai membelok ke timur.

1. Penyebabnya enggak pasti

Air hangat di Samudra Pasifik bergeser ke wilayah Timur (Foto: Pixabay/Pexels)

Para ilmuwan belum memahami secara rinci apa pemicu siklus El Nino. Tidak semua El Nino sama, atmosfer dan samudera juga tidak selalu mengikuti pola sama dari satu El Nino ke lainnya.

"Tidak ada satu penyebab besar, yang merupakan salah satu alasan mengapa kita tidak dapat memprediksi hal ini dengan sempurna," kata Michelle L'Heureux, seorang ilmuwan iklim dan pemimpin tim ramalan El Nino di the Climate Prediction Center (CPC).

Para ilmuwan memantau suhu di atas lautan setinggi 656 kaki (200 meter) untuk meninjau perilaku El Nino. Mereka akan melihat pergeseran suhu tanda dari Pasifik barat ke Pasifik timur jika El Nino memang akan terjadi.

2. Apa yang terjadi jika enggak ada El Nino

Ketika enggak terjadi El Nino permukaan laut lebih tinggi di pantai Indonesia daripada di Pasifik (Foto: Pixabay/MariaMichelle)

Ketika enggak ada El Nino, angin perdagangan bertiup ke arah barat melintasi Pasifik tropis, jauh dari Amerika Selatan. Angin ini menimbun air permukaan hangat di Pasifik barat, sehingga permukaan laut sekitar 1 hingga 2 kaki (0,3 m hingga 0,6 m) lebih tinggi di lepas pantai Indonesia daripada di Pasifik.

Suhu permukaan laut juga sekitar 14 derajat Fahrenheit (8 derajat Celsius) lebih hangat di wilayah barat. Suhu lautan yang lebih dingin mendominasi lepas pantai barat laut Amerika Selatan, karena naiknya air dingin dari tingkat yang lebih dalam. Air dingin yang kaya nutrisi ini menjadi ekosistem laut dan perikanan utama.

3. Dampak dari El Nino, bisa mempengaruhi keadaan cuaca berbagai negara

Beberapa negara bisa merasakan dampak El Nino (Foto: Pixabay/maps-for-free)

Kata L'Heureux, El Niño yang terjadi tahun 1982-1983 diperkirakan telah menyebabkan kerusakan di seluruh dunia mencapai 10 miliar dolar Amerika.

El Nino menciptakan angin-geser yang lebih kuat dan udara yang lebih stabil di atas Atlantik, yang membuat badai semakin sulit terbentuk. Namun, suhu laut yang lebih hangat dari rata-rata meningkatkan badai Pasifik timur, yang mempengaruhi musim badai tropis lebih aktif.

El Niño juga mempengaruhi curah hujan di daerah lain, termasuk Indonesia dan Amerika Selatan bagian timur laut, yang cenderung ke arah kondisi yang lebih kering dari normal. Sementara suhu di Australia dan Asia Tenggara lebih panas dari rata-rata.

Kekeringan yang disebabkan oleh El Nino dapat menyebar luas, mempengaruhi Afrika selatan, India, Asia Tenggara, Australia, Kepulauan Pasifik, dan padang rumput Kanada. (ikh)

Baca juga: Selamat Dari Tsunami dengan Cara Menyelam, Apakah Mungkin?

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan