Mengenal 'Dari Halte Ke Halte', Rujukan 'Street Food' Nikmat Warga IbuKota

Sabtu, 16 Mei 2020 - Raden Yusuf Nayamenggala

BERAWAL dari dua founder sekaligus admin Dari Halte ke Halte (DHKH) terinspirasi oleh artikel majalah perjalanan Travel & Leisure edisi Asia Tenggara pertama, tentang tempat-tempat menarik di sekitar stasius BTS, Bangkok. Dari situlah dua founder yang yang menyebut dirinya 'Haltemin' dan followersnya 'HalTeman', melahirkan Dari Halte Ke Halte (DHKH).

"Artikel tersebut sangat berguna sebagai panduan ketika pergi ke Bangkok pada tahun 2007. Sempat terpikir pada waktu itu, kalau transportasi umum di Jakarta sudah sebaik di Bangkok, maka HalteMin ingin membuat panduan serupa di Jakarta," ucap Bowo, salah satu Haltemin.

Baca juga:

5 Kuliner Indonesia yang Bikin Turis Asing Ketagihan

jakarta
Berangkat dari kesukaan pada jajanan kaki lima. (Foto: Unsplash/Fauzan)

Haltemin sangat menyukai makanan street food serta traveling dan mengunggahnya di media sosial pribadi yang menarik teman-teman untuk mendatangi tempat tersebut.

Hingga pada sekitar tahun 2018, ada teman yang meminta Haltemin membuat akun khusus yang membahas soal rekomendasi tempat-tempat makan serta wisata menarik yang pernah dikunjungi.

Setelah itu, sejak tahun 2017, Haltemin semakin sering menggunakan transportasi umum, khususnya Transjakarta (TJ). Haltemin mendapatkan jaringan bus TJ telah menjangkau pelosok-pelosok Jakarta, dengan banyak jalur yang relatif steril hingga lebih bebas macet ketimbang jalanan umum. Hal itu semakin mengurangi penggunaan serta ketergantungan Haltemin pada transporatasi online atau taksi, khususnya saat perjalanan jarak jauh.

Akhirnya, ide membuat panduan tempat-tempat makan dan menarik lainnya diseputar perhentian dan transit transportasi umum (halte, terminal, stasiun) yang telah lama terpendam pun diwujudkan, hingga akhirnya lahir akun instagram @darihalte_kehalte, yang didanai dengan pos pertama pada tanggal 2 Maret 2019.

Satu bulan kemudian, tepatnya pada 1 April 2019 akun twitter @drhaltekehalte pun dibuat, sekaligus untuk menadani followers ke-5000 instagram @darihalte_kehalte. Lalu kanal YouTube Dari Halte ke Halte pun akhirnya dibuat pada tanggal 23 April.

Jurnal Warga

Dari Halte Ke Halte ditujukan sebagai sumber rukukan bagi warga Jakarta dan Wisatawan (Foto: Instagram @darihalte_kehalte)

Awalnya DHKH didirikan sebagai sebuah jurnal kegiatan serta passion project, yang merekam gaya hidup HalteMin sebagai warga Jakarta. Mereka memberikan informasi dan rekomendasi tempat makan, ngopi dan tempat menarik yang terjangkau dengan transportasi umum.

Tanpa diduga, rupanya banyak yang menyukai keberadaan DHKH serta sejumlah rekomendasi yang diberikan. Ini yang memancing para HalTeman turut memberikan rekomendasi mereka. Kemudian DHKH berkembang menjadi user generated content platform.

Perkembangan itu lantas saja memotivasi HalteMin untuk merumuskan Mission Statement, sebagai tujuan pengembangan brand DHKH ke depan.

"Tujuannya yakni menjadi sumber rujukan bagi warga Jakarta dan wisatawan yang berkunjung untuk menemukan street food dan kedai kopi terbaik, serta berbagai tempat dan kegiatan wisata, seni budaya, olahraga, dan sosial dengan menggunakan transportasi umum dan berjalan kaki," ujar Bowo.

DHKH mewujudkannya dengan beberapa langkahnya, seperti:

1. Memperkenalkan dan mempromosikan warung kaki lima

2. Mendorong warga Jakarta untuk menggunakan transportasi umum dan berjalan kaki ke tempat tujuannya

3.Memperkenalkan tempat-tempat wisata dan bangunan bersejarah atau berarsitektur khas, atau kegiatan-kegiatan seni budaya, olahraga, dan sosial terutama di ruang terbuka dan pusat kebudayaan

4. Membantu meningkatkan kesadartahuan (awareness) tentang tata cara dan tata krama penggunaan transportasi umum dan fasilitas umum yang baik

Dengan beberapa tujuan tersebut, HKH berharap dapat membuat warga ibukota semakin kenal dan jatuh cinta (lagi) dengan kota tempat tinggalnya, sekaligus mempromosikan Jakarta sebagai Ibukota kuliner nusantara.

Destinasi Jakarta

jakarta
Memberikan rekomendasi tempat-tempat di Jakarta. (Foto: MP/Suryo)

Sebetulnya DHKH tak dibuat khusus untuk membahas tempat makan atau minum saja. Meski memang konten itu merupakan porsi terbesar dan yang paling dicari.

Tetapi DHKH juga berusaha memperkenalkan tempat-tempat wisata serta bangunan bersejarah, kegiatan seni budaya, olahraga, dan sosial, khususnya di ruang terbuka.

Tak sampai disitu, DHKH pun ingin memberikan informasi terbaru transportasi umum. Kemudian hal-hal yang erat kaitannya dengan kehidupan serta gaya hidup warga urban. Juga meningkatkan kesadaran tentang tata cara dan tata krama penggunaan transportasi serta fasilitas umum yang baik.

DHKH memang menjadi wadah informasi dan rekomendasi seputar tempat-tempat makan, tempat ngopi, nongkrong maupun berwisata. Gaya penyampaiannya dari hati ke hati layaknya cerita dan obrolan antar teman. Ulasan yang ditampilkan pun dibuat murni pendapat pribadi dan subjektif HalteMin, tanpa pengaruh pihak mana pun.

DHKH pun memberikan ruang bagi para HalTeman untuk ikut berbagi informasi dan rekomendasi. Selain itu, DHKH turut memelihara interaksi dengan HalTeman tak hanya lewat media sosial, tetapi juga chat group dan bertatap muka langsung atau ngider bareng, yang kini hanya bisa dilakukan dengan IG Live.

Jadi dapat disimpulkan jika faktor utamanya ialah kepercayaan. HalTeman percaya dan mencoba rekomendasi-rekomendasi HalteMin, dan ikut membantu mempopulerkannya hingga makin banyak orang yang tertarik dan ikut mencoba.

Di sisi lain, para Halteman yang bertindak sebagai penyedia jastip pun menjaga amanah, hingga banyak orang yang mencoba jasa tersebut, dan tidak ada masalah hingga saat ini dan semoga seterusnya.

Baca juga:

Wisata Kuliner Tionghoa, Ayo Cicipi Menu 'Street Food' Petak Sembilan

Mendorong Perekonomian

Keberadaan @darihalte_kehalte sangat postif bagi para pedagang. Ada yang menyampaikan secara langsung pada HalteMin. Tak sedikit yang menyampaikannya pada para Halteman yang berkunjung lalu menceritakan kembali di media sosial mereka.

Pedagang yang merasa terbantu mengatakan telah banyak lonjakan signifikan dalam penjualan mereka setelah dipromosikan dan direkomendasikan oleh DHKH.

Lalu pengaruh lainnya, sejumlah UMKM mulai melirik media sosial atau memaksimalkan penggunaannya sebagai sarana promosi usaha mereka, seperti Nasi Bebek Cak Malik. Satu kali pernah mereka tak buka cukup lama dan saat HalteMin hubungi lewat DM Twitter mereka, ternyata Cak Malik tengah pulang kampung untuk menikah.

Selain para pedagang yang terbantu, tak diperkirakan sebelumnya jika ada pengaruh ekonomi bagi HalTeman dengan kehadiran DHKH. HalTeman dengan kreatif menemukan peluang usaha sampingan, dan membuat layanan jastip untuk memenuhi permintaan HalTEman lain yang ingin mencoba makanan yang dipromosikan DHKH.

Kehadiran DHKH juga memfasilitasi keinginan HalTeman untuk membentuk sebuah komunitas yang lebih akrab dengan membuat dua grup ngobrol di Telegram dan WhatsApp bersama HalTeman.

Menariknya, banyak yang ingin menjelajahi kota ke tempat yang direkomendasikan DHKH tapi malas melakukannya sendirian, akhirnya mendapat teman dari grup chat DHKH. Bahkan tak hanya itu, ada juga kejadian tak terduga, yakni ada yang menemukan cinta hingga akhirnya menikah karena DHKH.

MEInang di Tengah Pandemi COVID-19

covid
MEInang di tengah pademi COVID-19. (Foto: Unsplash/Martin Sanchez)

Pandemi dan PSBB menyebabkan banyak usaha yang tutup sementara dan penurunan drastis. Mobilitas warga terutama yang menggunakan kendaraan umum pun menurun. Ini membuat DHKH belum bisa memberikan layanan informasi dan rekomendasi baru kepada HalTeman.

Di sisi lain, beberapa tempat yang direkomendasikan DHKH dan yang masih buka mengalami nasib berbeda. Mereka bukan hanya bisa bertahan tapi tampak berkembang dengan diuntungkan oleh layanan jastip yang semakin tinggi permintaannya. Hal ini bisa dilihat dari jumlah pesan dan mention yang diterima DHKH.

Salah satu faktor penyebabnya ialah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), yang menyebabkan banyak orang kehilangan pekerjaan dan membutuhkan pemasukan tambahan. hal itu lantas saja menyebabkan jumlah penyedia jastip meningkat pesan. Ini merupakan semangat MEINANG sebagai spirit kebersamaan masyarakat berjuang dengan berbagai cara menghadapi kondisi tidak menentu akibat COVID-19

Sementara di sisi lain, banyak warga di rumah yang masih ingin mencoba makanan dan minuman rekomendasi DHKH kesukaan mereka, tapi tak bisa membelinya langsung seperti sebelum PSBB. Karena itu, jastip merupakan salah satu solusinya. (ryn)

Baca Juga:

5 Tempat Kuliner Khas Bali Ini Bikin Kamu Susah Move On dari Kelezatannya

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan