Melestarikan Budaya Batik Tanah Liek

Senin, 06 Maret 2023 - Dwi Astarini

LEMBAR-lembar kain batik berhias berbagai motif terlihat klasik dalam dominasi warna bumi. Cokelat jadi warna dominan di beberapa lembar batik tersebut. Kain batik ini merupakan wastra tradisi dari Ranah Minang. Seperti wastra tradisi lain, kain batik ini pun punya kisah panjang nan unik di baliknya.

“Batik Tanah Liek ini merupakan harta pusaka tinggi yang sudah mulai tergerus oleh zaman. Batik tanah liek ini sebenarnya juga sudah ada dari zaman dahulu, dipakai untuk kalangan raja-raja dan petinggi adat, contohnya para datuk dan bundo kanduang. Biasanya dikenakan saat acara rapat keluarga atau rapat adat,” jelas perajin batik tanah liek Yofi Adha Rianto saat ditemui pada acara pameran Inacraft 2023 di Jakarta Convention Center, Minggu (5/2).

BACA JUGA:

Ilham Bahari Songket Hidupkan Motif Batik Kuno di Inacraft 2023

Sayangnya, meski merupakan wastra pusaka warisan leluhur Minang, batik tanah liek mulai terlupakan. Mobilisasi generasi muda merantau ke daerah lain menjadi salah satu faktor yang membuat kelestarian batik khas ini terancam. Seiring berjalannya waktu, tak ada lagi perajin yang melanjutkan produksi pusaka budaya yang satu ini, karena generasi muda Minang pada umumnya merantau dan adanya transformasi pergeseran industri pekerjaan. Namun, bagi Yofi, batik tanah liek ini menjadi tantangan untuk dipelajari.

tanah liek
Produk batik tanah liek milik Yofi telah sukses mendunia.(Merahputih.com/Disya Shaliha)

Batik tanah liek merupakan kain dengan motif kuno khas Minang yang dibuat dengan pewarna alam. Sesuai namanya, batik tanah liek diwarnai dengan tanah liat. Namun, ada juga beberapa bahan pewarna alami lainnya yang biasa digunakan untuk memproduksi batik tanah liek, seperti kulit jengkol, kulit rambutan, dan mahoni.

“Motif yang tertuang pada setiap lembar kain batik tanah liek memiliki cerita, contohnya saja selalu dipagari pakis atau daun paku. Filosofinya, pakis tumbuhnya itu ke dalam baru ke luar. Sehingga mendoakan orang yang memakainya untuk introspeksi diri dulu ke dalam baru keluar,” jelas Yofi.

Tak mudah membangun usaha batik tanah liek. Yofi dan keluarganya membutuhkan waktu sekitar 5 tahun untuk melakukan riset pewarnaan batik sehingga sesuai dengan batik yang ada sebelumnya.

Usaha batik tanah liek Yofi bermula ketika upacara adat di Kampung Nagari Sumaniak, Tanah Datar. Saat itu, kain-kain yang dipakai petinggi adat sudah lapuk dan rusak. Keluarga Yofi kemudian menyadari bahwa kain-kain itu sudah tidak diproduksi lagi. Dari sanalah timbul keinginan untuk mencoba membuatnya kembali.

“Warnanya itu selalu gagal, karena kami awal-awalnya belajar untuk menggunakan warna kimia. Hasilnya berbeda dengan warna aslinya. Akhirnya, ninik mamak di kampung memberi tahu untuk coba memakai tanah liat sebagai pewarnanya,” kenang Yofi.

BACA JUGA:

Patung Bebek Asal Solo yang Mendunia di Inacraft 2023

Meski sudah mengetahui pewarna yang sesuai untuk memproduksi wastra satu ini, tantangan belum usai. Yofi harus benar-benar mengetahui kadar keseimbangan PH dari tiap-tiap jenis kain. Selain itu, faktor cuaca saat pengerjaan kain pun harus dipertimbangkan. Jika tidak, warnanya tidak akan sesuai dengan ekspektasi.

Setelah berhasil memproduksi batik tanah liek, Yofi dan keluarganya mulai merambah ke produksi batik yang sesuai dengan keinginan pasar. Ia mulai mengkreasikan batik dengan motif kontemporer Minang, batik cap, batik printing, dan batik Minang dengan pewarnaan kimia.

batik tanah liek
Produk batik tanah liek milik Yofi hadir di Inacraft 2023 dan menarik pengunjung.(foto: Merahputih.com/Disya Shaliha)

“Kami modifikasi, karena ternyata enggak semua orang menyukai warna alam, tapi suka motifnya. Jadi kami transformasi juga untuk warna kimia, tetapi untuk warna kimia kami memilih warna yang enerjik,” ujarnya.

Produk batik tanah liek milik Yofi dijual mulai dari Rp 300 ribu hingga Rp 20 juta. Kini, batik tanah liek yang diproduksi Yofi sukses pula dipasarkan ke penjuru dunia. Mulai dari Brunei, Malaysia, Tiongkok, Hong Kong, Filipina, Amerika Serikat, bahkan Eropa.

“Saya berharap semoga batik ini dapat dicintai semua masyarakat dan pemerintah bisa terus mendukung UMKM ini,” tutup Yofi.(dsh)

BACA JUGA:

Xusha, Jaga Alam dan Tradisi dengan Gaya Masa Kini di Inacraft 2023

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan