Melacak Jejak Misionaris Awal di Lebak Banten
Senin, 21 Maret 2016 -
MerahPutih Budaya- Misionarisme pertama di Lebak berawal di Leuwi Damar yang pada saat itu adalah Ibu Kota Kabupaten Lebak. Sebelum akhirnya Ibu kota pindah ke Warunggunung dan kemudian di Rangkasbitung.
Setelah VOC resmi dibubarkan tahun 1799. Organisasi Pengabaran Injil seperti mendapat angin segar. Pemerintah Hindia Belanda memberi keleluasaan kepada para zendeling untuk menyebarkan agama di Indonesia termasuk di Banten.
Ditambah lagi dengan runtuhnya Kesultanan Banten pada 1811 yang didalangi oleh Raffles. Keadaan politik menjadi tidak stabil, sehingga dimanfaatkan Organisasi Pengabaran Injil (dengan syarat dan ketetapan yang sudah disepakati terlebih dahulu oleh Pemerintah Hindia Belanda).
Pada tahun 1851 berdasarkan surat Keputusan Gubernur Hindia Belanda nomor 15 tanggal 17 Januari 1849. Ibu kota Kabupaten Lebak pada saat itu di Warunggunung dipindahkan ke Rangkasbitung.
Pada tahun 1894 dibangun gereja pasundan Rangkasbitung. Hal tersebut sebagai tanda banyaknya pribumi yang sudah terjaring oleh para misionaris. Dibangun pula rumah sakit berbasis misionaris di tengah kota Rangkasbitung.
Target para misionaris adalah masyarakat tidak mampu, dan masyarakat yang berada di pelosok. Dengan cara memberi makanan, pakaian, dan biaya pendidikan. Banyak yang tergiur, Sehingga tidak heran jika di pelosok daerah Rangkasbitung sana banyak yang beragama non muslim (protestan, katolik).
Tentang kebenaran dan kesimpangsiuran misionarisme di Rangkasbitung Lebak, menyimpan banyak rahasia juga cerita yang masih misterius. (dul)
BACA JUGA: