Makna Prihatin di Balik Perlombaan Hari Kemerdekaan

Jumat, 18 Agustus 2017 - Asty TC

MERAYAKAN Hari Kemerdekaan Indonesia setiap 17 Agustus, beragam jenis perlombaan diadakan. Beberapa di antaranya selalu ada dan sudah menjadi tradisi dari waktu ke waktu. Lomba-lomba 17-an ini telah ada sejak sekitar tahun 1950. Masyarakat Indonesia sendirilah yang memunculkannya untuk mempererat kebersamaan sekaligus mengenang perjuangan sebelum kemerdekaan.

Tak hanya masyarakat yang bergembira, bahkan presiden pertama Indonesia, Soekarno, termasuk salah satu orang yang paling bersemangat dengan perlombaan 17 Agustus ini. Namun, tahukah Anda jika lomba-lomba yang telah menjadi tradisi seantero Nusantara ini punya filosofi dan sejarah tersendiri? Berikut di antaranya.

1. Makan kerupuk

lomba makan kerupuk
Wisatawan mancanegara mengikuti lomba makan kerupuk di Jalan Malioboro, Yogyakarta, Senin (14/8). Acara ini digagas paguyuban PKL Malioboro dalam rangka perayaan HUT ke-72 RI. (Foto: ANTARA/Andreas Fitri Atmoko)

Pada masa penjajahan, mendapat makanan enak sangat sulit. Rakyat hanya mampu makan seadanya, seperti nasi dan kerupuk. Kerupuk pun menjadi salah satu menu utama rakyat kala itu. Untuk mengingat betapa sulitnya bangsa Indonesia saat penjajahan sekaligus mensyukuri kemerdekaan, di mana rakyat lebih leluasa untuk makan, dibuatlah lomba makan kerupuk ini.

2. Panjat pinang

panjat pinang
Anak-anak mengikuti lomba panjat pinang di Desa Tlogo, Prambanan, Klaten, Jawa Tengah, Minggu (13/8). (Foto: ANTARA/Hendra Nurdiansyah)

Lomba panjat pinang sudah ada sejak zaman Belanda sebagai hiburan saat orang Belanda mengadakan pesta, seperti hari jadi, pernikahan, dan perayaan ulang tahun Ratu Belanda. Dulu dinamakan 'De Klimmast', yang artinya panjat tiang. Tidak ada orang Belanda yang melakukannya, hanya pribumi, yang berlomba-lomba mendapatkan hadiah seperti sembako yang mahal di puncak tiang. Dari bawah, orang-orang Belanda menertawakan dan mengejek pribumi yang bersusah-payah mendapatkan barang-barang tersebut.

3. Tarik tambang

tarik tambang
Bima Arya, Walikota Bogor bersama Muspida Kota Bogor mengikuti lomba tarik tambang saat Pesta Rakyat Kota Bogor di Lapangan Kampung Babakan, Kelurahan Ciluar, Bogor, Jawa Barat, Kamis (17/8). (Foto: ANTARA/Arif Firmansyah)

Lomba ini sebagai peringatan saat masa-masa kerja paksa. Dengan menggunakan tali tambang, pribumi bahu-membahu mengangkat atau menarik setumpuk batu, pasir, dan benda-benda berat lainnya. Kurangnya hiburan saat itu memberikan ide bagi para Belanda untuk mengadakan lomba tarik tambang ini. Pesertanya bisa antarwarga pribumi atau pribumi melawan Belanda.

4. Balap karung

balap karung
Para perempuan mengikuti lomba balap karung di Pasar Baru, Jakarta, Kamis (17/8). (Foto: ANTARA/Makna Zaezar)

Saat Indonesia dijajah Jepang, tak hanya pangan, sandang pun mereka kesulitan. Karena itulah masyarakat akhirnya membuat pakaian dari material yang sudah tidak terpakai, seperti karung bekas beras. Pakaian dari karung goni pun menjadi sesuatu yang umum saat itu. Lomba balap karung ini sebagai simbol pengingat masa-masa prihatin saat Nusantara dijajah Jepang.

5. Balap egrang

balap egrang
Dua peserta beradu cepat saat balap Egrang di lapangan desa Muntung, Candiroto, Temanggung, Jateng, Senin (14/8). (Foto: ANTARA/Anis Efizudin)

Tubuh para kompeni Belanda yang jangkung diibaratkan seperti egrang ini. Masyarakat mengadakan lomba balap egrang dengan maksud menghina para penjajah bertubuh jangkung tersebut.

Itulah sejarah lima lomba yang telah menjadi tradisi di setiap perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Lain kali Anda mengikutinya, pastikan Anda turut memaknai sejarah di balik lomba-lomba tersebut. (*)

Baca juga artikel lomba lainnya di sini: Lomba "Kolek", Silaturahmi Berbalut Adu Ketangkasan.

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan