Konflik Iran-Israel Mendidih, Indonesia Terancam Krisis Energi Besar-besaran

Selasa, 24 Juni 2025 - Angga Yudha Pratama

Merahputih.com - Anggota Komisi I DPR RI, TB Hasanuddin khawatir tentang konflik yang memanas di Timur Tengah, khususnya antara Iran dan Israel. Ia menekankan perlunya kewaspadaan pemerintah Indonesia terhadap dampak eskalasi ini, terutama setelah keterlibatan langsung militer Amerika Serikat dalam penyerangan fasilitas nuklir di Iran yang berpotensi memicu balasan.

Menurut TB Hasanuddin, potensi konflik semakin besar jika Iran menyerang pangkalan militer AS atau kapal perang/tanker minyak di Teluk Persia.

Ia juga menyoroti peran kelompok militan pro-Iran seperti Hizbullah, Houthi, dan milisi Syiah di Irak yang dapat melancarkan serangan asimetris.

Baca juga:

Konflik Iran-Israel Makin Liar, China Beri 'Kode Keras' Agar Selat Hormuz Tak Ditutup

Jika ketegangan terus meningkat, ada kekhawatiran konflik ini akan meluas menjadi perang terbuka yang melibatkan negara-negara besar.

“Ada potensi peningkatan konflik jika Iran melakukan serangan rudal ke pangkalan militer AS di Irak, Suriah, Qatar, atau UEA,” jelas TB Hasanuddin.

Salah satu dampak paling serius yang diwaspadai adalah ancaman terhadap pasokan energi global akibat potensi penutupan Selat Hormuz.

Selat ini sangat vital, dilewati sekitar 20% permintaan minyak dan gas dunia. Ancaman penutupan ini muncul setelah AS menyerang fasilitas nuklir Iran, yang kemudian direspons Iran dengan ancaman blokade.

Dampak penutupan Selat Hormuz akan signifikan, terlihat dari kenaikan harga minyak mentah Brent yang sudah mencapai USD 73 per barel. Jika selat ini ditutup, harga minyak mentah bisa melonjak di atas USD 90 per barel.

Meskipun saat ini belum ada serangan terhadap fasilitas migas, potensi kerugian suplai minyak mentah dunia, mengingat Iran adalah produsen minyak kedelapan terbesar dan gas keempat terbesar, sangat mengkhawatirkan.

Bagi Indonesia, sebagai importir minyak utama dari Timur Tengah, dampak yang diperkirakan meliputi pembengkakan subsidi BBM, kenaikan harga BBM domestik, dan inflasi yang menekan daya beli masyarakat.

Baca juga:

Konflik Iran - Israel Makin Panas, Komisi I DPR: Indonesia Harus Jadi Pioner Perdamaian

Selain itu, pasokan LPG dari Qatar dan UEA yang melewati Selat Hormuz juga akan terhambat, menyebabkan peningkatan biaya logistik.

Meskipun keputusan penutupan Selat Hormuz oleh Iran belum final, TB Hasanuddin menyarankan langkah-langkah strategis bagi Indonesia untuk mengantisipasi krisis energi.

Ini termasuk diversifikasi energi ke energi terbarukan, diplomasi energi dengan negara di luar Teluk Persia, serta penguatan cadangan energi strategis dan percepatan pembangunan kilang minyak dalam negeri.

“Hal ini penting untuk menghindari Indonesia dari krisis energi jika eskalasi konflik makin tinggi,” tutupnya.

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan