Kinanti Sekar Rahina Ajarkan Tari demi Kelestarian Budaya
Senin, 28 Maret 2016 -
MerahPutih Budaya - Kinanti Sekar Rahina merupakan salah seorang seniman yang mengikuti kongres kebudayaan di Bandung tahun 2015 lalu. Perempuan ini telah mendedikasikan hidupnya untuk dunia tari jauh sebelum tahun 2012, namanya pun telah dikenal sebagai penari muda energik.
Pada tahun 2012, namanya mulai dikenal masyarakat dari berbagai kalangan lewat karyanya yang sensasional, "Jampi Gugat". Karya tarian ini sukses disuguhkan di pusat Kota Yogyakarta, tepatnya di Tugu Pal Putih.
Ada 100 perempuan penari berambut panjang yang ikut andil sebagai penari "Jampi Jogja" pada waktu itu. Meski tariannya hanya 5 menit, tetapi pertunjukan itu sempat membuat kemacetan Tugu. "Memang buat macet. Tapi utamanya, kita buat pesan di Jampi Jogja itu," kata Kinanti Sekar Rahina, saat berbincang dengan merahputih.com di sanggarnya, Gondomanan, Kota Yogyakarta, Kamis (24/3).
Setelah itu, ia kembali membuat karya sensasional berikutnya, tarian "Gugur Gunung." Didampingi beberapa siswanya di sanggar dan 25 orang penari dadakan yang berprofesi sebagai pedagang di pasar Yogyakarta, Sekar memulai karyanya yang berjudul "Gugur Gunung".
Tarian Gugur Gunung merupakan tarian yang mengusung pesan tentang kepedulian perempuan untuk ke pasar tradisional.
"Pesannya, ayo anak-anak muda ke pasar. Selama ini, pasar kan terkenal galak. Pedagangnya, terus belum lagi kadang kotornya. Dengan Gugur Gunung ini, pesan utamanya ngawiji, ayo ke pasar tradisional," katanya menjelaskan.
Sebelum dua karya sensasional tersebut, Sekar memang telah dikenal di Yogyakarta sebagai perempuan penari muda berbakat. Sekira tahun 2012, ia telah mengajar tari di Tembi Rumah Budaya, sembari menyelesaikan studinya di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta.
Kinanti Sekar lahir tahun 1990. Ia merupakan anak dari seniman pantomim terkenal di Yogyakarta, Jemek Sunardi. Sejak kecil telah mengidamkan belajar tari balet. Sejak SD pun ia berlabuh belajar seni tari di sanggar Didiek Ninik Towok. Apa pun jenis seni tariannya.
"Di seni, saya ingin belajar semuanya. Dan ingin membagikan semuanya, tentang tradisi," paparnya.
Di dunia tari, bagi Sekar, tidak hanya mendapatkan ilmu tari semata. Apa yang ia pelajari sejak SD hingga di bangku perkuliahan, seni tari mampu memberi semua ilmu yang ia cari. Ilmu yang mengandung aspek estetika. Begitu pula halnya ketika ia mementaskan tarian di atas panggung, tidak hanya sekadar menampilkan gerakan tubuh disertai lantunan musik atau tetembangan. "Bagaimana menari itu supaya penonton larut dalam emosi," katanya.
Dari kesungguhannya menggeluti dunia tari itu, ia telah hilir mudik ke luar negeri. Beberapa kali menampilkan tariannya di negeri orang. Di antaranya di Jepang, Belanda, Thailand, dan Singapura.
"Agustus tahun ini nanti ke Kazakstan. Ada undangan dari KBRI di sana," paparnya.
Sekar pun tidak lagi fokus berkarya dari panggung ke panggung semata. Waktunya kini terbagi, antara berkarya dan mengajar tari. Sejak tahun 2015, ia mendirikan Sanggar Seni Kinanti Sekar. Pendirian sanggar merupkan wujud nyatanya mendedikasikan hidup bagi masyarakat luas. Baginya, mengajarkan tari mampu menambah kenalan, mampu mengolah tubuh, mampu berkreativitas, dan manambah keluarga. Namun, hal utamanya, mengajar tari mampu melestarikan budaya. "Saat mengajar, saya bisa menyalurkan apa yang saya dapat selama saya belajar. Mengajar juga kan mengajak mereka yang latihan untuk mengenali diri dan mengenali tradisinya. Mereka (siswa sanggar) tidak kami arahkan, tapi kami ajak untuk belajar," katanya. (Fre)
BACA JUGA: