Kelola Blok Rokan, Pertamina Diminta Bentuk Manajemen Andal

Selasa, 10 Agustus 2021 - Andika Pratama

MerahPutih.com - Pertamina secara resmi menerima alih kelola Blok Rokan dari PT Chevron Pasific Indonesia (CPI). Blok Migas terbesar di Indonesia ini akan dikelola oleh anak Pertamina yaitu PT. Pertamina Hulu Rokan (PHR).

Anggota Komisi VII DPR RI, Mulyanto menyebut, blok Rokan adalah sumur tua yang menjadi saksi kejayaan migas nasional. Blok Rokan pernah menghasilkan minyak hingga tembus 1 juta barel per hari.

Baca Juga

Pertamina Resmi Ambil Alih Blok Minyak Rokan Hulu Dari Chevron

"Namun belakangan secara alamiah terus mengalami penurunan,” tegasnya dalam keterangan tertulis, Senin (9/8).

Dengan mengakuisisi blok Rokan ini, imbuh Mulyanto, maka praktis Pertamina menjadi BUMN hulu migas yang paling dominan dari total lifting minyak nasional.

Karena itu, Mulyanto berharap aksi korporasi ini diikuti dengan pembentukan manajemen yang andal. Apalagi Dirut PHR ini bukan orang dalam Pertamina.

Paling tidak berbagai program perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan kinerja blok rokan menjadi lebih akurat.

"Selain itu program kerja akan semakin terpantau dan ter-evaluasi oleh SKK Migas, melalui komunikasi dan koordinasi yang semakin lancar,” jelas Mulyanto yang juga politikus PKS ini.

Anggota Komisi VII DPR RI, Mulyanto

Mulyanto menambahkan Pertamina perlu mengembangkan investasi untuk peningkatan dan penerapan teknologi pengeboran yang terbukti efektif dan efisien seperti teknologi enhanced oil recovery (EOR).

Hal ini perlu dilakukan untuk mempertahankan kinerja lifting yang sekarang ada. Ini tentu tidak mudah di tengah suasana pandemi seperti sekarang ini.

"Karena itu perlu dukungan banyak pihak, baik kementerian ESDM, kementerian BUMN, pemda dan terutama SKK Migas,” imbuh Mulyanto.

Namun demikian, tidak cukup dengan itu, kata Mulyanto, mitra yang diundang harus berpengalaman dan memiliki teknologi andal. Sebab lahan yang dikelola adalah blok tua.

Kedepan, perlu juga tambahan investasi, pengetahuan dan teknologi baru. Bila tidak maka produktifitas lifting akan terus berkurang (decline) secara alamiah.

Padahal di sisi lain, Indonesia memiliki semangat untuk meningkatkan lifting minyak nasional menjadi 1 juta barel per hari di tahun 2030.

"Tentu ini menjadi pressure bagi manajemen PHR untuk secara smart membuktikan kinerjanya," tutup Mulyanto. (Knu)

Baca Juga

Kilang Pertamina Cilacap Yang Terbakar Hanya Berisi 1.100 Barel Benzana

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan