Jarak Luncur Awan Panas Guguran Semeru Capai 11 Kilometer

Rabu, 02 Desember 2020 - Alwan Ridha Ramdani

MerahPutih.com - Badan Geologi Kemeterian Energi dan Sumber Daya Mineral melaporkan, jika letusan Gunung Semeru umumnya bertipe vulkanian dan strombolian, berupa penghancuran kubah/lidah lava, serta pembentukan kubah lava/lidah lava baru.

Penghancuran kubah/lidah lava ini akan mengakibatkan pembentukan awan panas guguran yang merupakan karakteristik dari Semeru.

Data pemantauan Badan Geologi, selama 1 Oktober hingga 30 November 2020 gunung api terlihat jelas hingga tertutup kabut. Teramati asap kawah utama berwarna putih dan kelabu dengan intensitas tipis hingga sedang tinggi sekitar 50-500 meter dari puncak.

Baca Juga:

Bencana Melanda, Pemerintah Harus Cermat Bikin Mitigasi

Erupsi terjadi menerus ini, menghasilkan kolom erupsi berwarna kelabu dengan tinggi maksimum 500 m dari atas kawah/puncak. Namun, Guguran batuan dari arah puncak terjadi tidak menerus sejak 19 Oktober 2020.

Tercacat, pada 28 November terjadi kenaikan jumlah guguran secara signifikan diikuti oleh kejadian awan panas guguran yang berasal dari ujung lidah lava dengan jarak luncur maksimum 1 Km ke sektor tenggara lereng.

Pada 1 Desember 2020 mulai 01.23 WIB, teramati awan panas guguran dari kubah puncak, dengan jarak luncur 2 hingga 11 Km ke arah Besok Kobokan di sektor tenggara dari puncak G. Semeru.

Selain itu, jumlah dan jenis gempa yang terkam selama 1 Oktober hingga 30 November 2020 didominasi oleh gempa letusan dengan rata-rata 40 kejadian per hari. Pada 20 November 2020 jumlah Gempa Letusan cenderung menurun, dan terjadi kenaikan pada jumlah Gempa Guguran.

Gempa hembusan terjadi rata-rata 10 kejadian per hari, sedangkan gempa-gempa vulkanik (Gempa Vulkanik Dalam, Vulkanik Dangkal, dan Tremor) terekam dengan jumlah sangat rendah.

Pengamatan visual Badan Geologi menunjukkan adanya kenaikkan jumlah gempa guguran dan beberapa kali awan panas guguran.

Letusan Gunung Semeru. (Foto: Antara).
Letusan Gunung Semeru. (Foto: Antara).

Kenaikkan ini diakibatkan oleh adanya ketidakstabilan kubah lava di bagian puncak. Dari kegempaan hingga 1 Desember 2020 pukul 06.00 WIB didominasi oleh Gempa guguran dan beberapa kali Gempa awan panas guguran.

ESDM menegaskan ada potensi ancaman bahaya erupsi berupa lontaran batuan pijar di sekitar puncak, sedangkan material lontaran berukuran abu dapat tersebar lebih jauh tergantung arah dan kecepatan angin.

"Potensi ancaman bahaya lainnya berupa awan panas guguran dan guguran batuan dari kubah/ujung lidah lava ke sektor tenggara dan selatan dari puncak. Jika terjadi hujan dapat terjadi lahar di sepanjang aliran sungai yang berhulu di daerah puncak," tulis Badan Geologi dalam siaran persnya, Rabu (2/12).

Aktivitas Gunung Semeru saat ini tedapat di Kawah Jonggring Seloko yang terletak di sebelah tenggara puncak Mahameru yang terbentuk sejak 1913. (Asp)

Baca Juga:

Letusan Gunung Merapi Diprediksi Seperti 14 tahun Silam

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan