Jangan Sampai Kain Songke Manggarai Punah
Selasa, 11 Agustus 2020 -
MENENUN kisah kehidupan diatas kain songke menjadi kebanggaan tersendiri untuk penduduk Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur.
Kain songke dianggap sebagai lembaran kisah hidup masayarakat Manggarai dari awal tercipta sampai kembali ke tanah. Kain ini juga menjadi simbol perlindungan secara spiritual dan kesehatan jasmani serta sebagai penangkal sial yang disebabkan roh jahat.
Baca juga:
5 Spot Instagramable di Pulau Cipir
"Warna dasarnya yaitu hitam, artinya manusia itu berasal dari Tuhan dan akan kembali ke Tuhan," ungkap Seri Sedi, penenun asal Manggarai pada webinar Zoom yang diselenggarakan oleh Alzheimer Indonesia Nederland pada Sabtu (8/8) lalu.

Tidak hanya digunakan sebagai sarung untuk upacara adat, kini kain tenun songke mampu menyusup ke dalam kehidupan modern lewat berbagai kerajinan yang bisa dipakai sehari-hari.
Selain menjadi pusaka Nusantara yang khas, tenun kain Songke memiliki peran sangat penting bagi perekonomian daerah dan nasional. Salah satu bentuk ekonomi kreatif khas Manggarai ini dianggap mampu menggerakkan perekonomian secara menyeluruh, terutama di bagian pedesaan.
Waktu, tenaga, dan pesan moral yang dicurahkan oleh para penenun kain songke menjadi aspek-aspek berharga dalam warisan budaya Manggarai ini. Meski begitu, ada beberapa hambatan dalam pengembangan tenun Songke ini, antara lain keterbatasan modal, bahan baku, dan sumber daya manusia.
Maria Karmelita selaku perwakilan dari Sunrise Camp Indonesia (SDI), sebuah lembaga pengembangan SDM di Indonesia, mengatakan profesi penenun memang bukan menjadi pilihan populer bagi anak muda. Bahan dasar kapas dan pewarnaan alami untuk membuat kain songke juga semakin langka, bahkan sudah tidak tersedia di beberapa daerah.

Untuk menjaga kelestarian kain songke, SDI telah membuat dua proyek antara lain Incubator Project dan Jari.Ng. Maria menuturkan keterlibatan masyarakat, literasi budaya, pemerintah, expertise dibidang budaya, dan creative preuneurship amat diperlukan untuk menjalankan program tersebut.
"Di dua program ini, kelima pihak ini menjadi kunci utama supaya program ini bisa berjalan dengan baik," ungkap Maria.
Baca juga:
Pulau Pahawang, Snorkeling, Diving dan Bercanda Bersama Nemo
Incubator Project merupakan program yang menyediakan lab kecil untuk memberikan pencerahan, jalur pasar, serta membahas isu mengenai kapabilitas dan kapasitas manajemen bisnis bagi para pengusaha kecil di Manggarai.
Untuk proyek Jari.Ng, SDI juga berusaha untuk menstimulus pilihan pekerjaan dengan cara memberikan insight kepada anak-anak mengenai profesi sebagai penenun itu sendiri.
Generasi muda diharapkan mampu menyadari bahwa profesi sebagai penenun itu keren dan berjasa dalam melestarikan warisan budaya Indonesia. Ayo selamatkan kain songke dari kepunahan. (shn)
Baca juga:
Wisata Sejarah di Pulau Onrust nan Misterius