Investasi Menjadi Salah Satu Cara Memutus Rantai 'Sandwich Generation'

Selasa, 29 November 2022 - Febrian Adi

SANDWICH Generation menjadi masalah yang tengah dihadapi oleh berbagai negara berkembang, tak terkecuali Indonesia. Namun, sebagian dari mereka tidak menyadarinya. Entah karena belum mengerti atau menjalaninya sebagai bagian dari kewajiban menghormati orangtua.

Sandwich Generation secara sederhana berarti generasi orang dewasa yang harus menanggung hidup tiga generasi: diri sendiri, orangtua, dan juga anaknya. PermataBank dalam acara ‘Wealth Wisdom: Mindfully Recover’ memberikan seminar tentang ‘Breaking The Chain of Sandwich Generation’ dengan menghadirkan tiga narasumber kompeten: Samuel Ray (Financial Planner & Frugal Living Advocate, Andy Chandra (Head of Distribution Sales BNP Paribas), dan Fitri Tropica (Public Figure).

Sandwich Generation ini muncul ketika ada orangtua yang tidak siap dengan keuangan untuk membiayai hidup di masa pensiunnya sehingga harus mengandalkan anak-anak mereka,” jelas moderator dalam ‘Breaking The Chain of Sandwich Generation’, Selasa (29/11).

Baca juga: Melihat Peluang Bisnis dari Hallyu Korea

Para narasumber untuk 'Breaking The Chain of Sandwich Generation'. (Foto: Merahputih.com/Febrian Adi)

Fitri Tropica menceritakan pengalaman sebagai seorang Sandwich Generation. Sebelumnya, ia pun tak menyadari hal itu. Karena menurutnya ini merupakan bagian dari berbakti kepada orangtua.

“Bisa dibilang aku menyadari kalau aku masuk dalam sandwich generation ini ketika baru mengenal istilahnya tahun ini. Jadi, selama ini hanya menjalani tanpa mengerti hal tersebut. Terus terang karena tidak menyadari bagian dari sandwich generation, jadi ketika menjalani tidak merasa terbebani. Dan karena kultur kita ketimuran, jadi merasanya hanya sebagai berbakti kepada orangtua saja,” ungkapnya.

Seiring berjalannya waktu, Fitri Tropica pun mulai menyadari dan mempelajari apa arti sebenarnya sandwich generation. Dia merasa perlu ada solusi untuk menghadapi hal itu.

Baca juga: Sistem Bisnis Fully Owned Dinilai Lebih Baik Ketimbang Franchise

Fitri Tropica ceritakan pengalamannya menjadi sandwich generation. (Foto: Merahputih.com/Febrian Adi)

“Tapi ketika mengerti ada istilahnya dan mempelajari ternyata itu sesuatu yang bisa kita selesaikan, jadi tidak terbebani ke anak atau cucu kita,” lanjutnya.

Andy Chandra memberikan solusi untuk memutus rantai sandwich generation. Salah satunya dengan berinvestasi sedari dini.

“Kita harus mulai terlebih dahulu, enggak harus nanti. Kapan pun kita memiliki uang kita harus mulai berpikir sebagian dari uang ini harus diinvestasikan. Ketika kita menyimpan sebagian uang ini untuk mengorbankan gaya hidup saat ini demi menyimpan sesuatu untuk masa depan bisa dimulai dengan investasi apapun, entah reksadana atau berupa barang seperti emas,” ucap Andy.

Memutus rantai sandwich generation bukanlah perkara yang mudah. Bila hal ini terjadi, solusinya adalah mengelola pendapatan sebaik mungkin dan bergaya hidup sederhana agar bisa mengalokasikan dana untuk tabungan dan investasi di masa depan.

“Paling umum ada teori 50, 30, 20 untuk mulai investasi. Komposisinya 50 persen untuk kebutuhan utama, lalu 30 persen untuk keinginan, dan 20 persen untuk investasi,” jelas Samuel Ray.

Para narasumber menyimpulkan bahwa masih ada harapan untuk memutus rantai sandwich generation. Memulai investasi sejak dini menjadi salah satu solusi. Ini perlu ditopang oleh pengelolaan keuangan yang baik. (far)

Baca juga:

PermataBank Kembali Hadirkan 'Wealth Wisdom' Bertema Mindfully Recover

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan