Investasi Danantara Jangan Hanya Gemukin BUMN, Swasta Bisa Kolaps

Rabu, 26 Februari 2025 - Alwan Ridha Ramdani

MerahPutih.com - Daya Anagata Nusantara atau Danantara telah diresmikan oleh Presiden RI Prabowo Subianto pada Senin (24/2). Badan ini berperan sebagai Sovereign Wealth Fund (SWF) Indonesia untuk mengelola investasi nasional.

Pengamat BUMN Herry Gunawan menanggapi pembentukkan Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara). Danantara diharapkan memberi manfaat bagi masyarakat.

"Tentu artinya yang diinginkan oleh Presiden Prabowo Subianto itu bahwa Danantara itu mampu memberikan manfaat. Dengan secara nyata. Karena bisa jadi Danantara itu tidak memberikan manfaat nyata," kata Herry kepada wartawan, Rabu (26/2).

Herry mendorong agar Danantara fokus menuai keuntungan demi mendongkrak ekonomi negara. Danantara juga dapat menebar manfaat ke berbagai sektor agar dapat hidup dan mengkatrol tingkat perekonomian.

"Misalnya gini, Danantara itu bisa seperti peternak sapi. Jadi dia hanya menggemukkan sapinya. Nah artinya dia bisa hanya main pada investasi portfolio. Kemudian untungnya itu dijaga di dalam BUMN. Kemudian tidak direinvest di sektor riil," ujar Herry.

Herry mengingatkan agar Danantara tak hanya jadi mesin penggemuk BUMN. Sehingga kemudian yang gemuk cuma BUMN -nya.

"Kalau ditanya pembukuannya. Danantara Untung nggak? punya laba?, nggak punya Ada dividen?, nggak ada? Tapi apakah bermanfaat pada sektor-sektor yang lain?," ujar Herry.

Herry menyentil Danantara yang bisa saja membangun BUMN Incorporated. Hal ini menurutnya bakal bahaya karena mengancam sektor swasta.

"Jadi semuanya dikerjakan oleh BUMN. Ini juga berbahaya Efeknya apa? Sektor swasta kita akan kolaps. Karena dianggap lawan," ujar Herry.

Herry meminta, Danantara membangun ekosistem dengan sektor dan bisnis -bisnis yang sudah ada. Terutama di luar milik pemerintah.

"Jangan sampai pada kasus pembangunan infrastruktur. Dari hulu pembangunan jalan tol Sampai ke hilirnya pengadaan paku misalnya Itu sampai anak usaha, cucu usaha, cicit usaha (BUMN). Akhirnya pengusaha -pengusaha swasta kolaps," katanya. (Pon)

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan