Melancong Bikin Panjang Umur, ini Bukti Ilmiahnya
Rabu, 10 Oktober 2018 -
SIAPA sih yang tidak mau hidup panjang umur? Apalagi disertai dengan tubuh yang sehat. Tentu menjadi impian setiap orang. Kamu bisa menikmati seluruh isi hidup kamu tanpa beban dan tanpa masalah kalau begitu.
Banyak yang bisa kamu lakukan supaya bisa panjang umur. Yang terpenting ialah menjalani pola hidup sehat. Dari berolahraga hingga mengonsumsi makanan bernutrisi seperti buah-buahan dan sayur-sayuran. Tapi selain itu kamu juga butuh melancong alias liburan.
Mengutip laman Travel+Leisure, melancong bikin kamu panjang umur. Dampaknya sama persis dengan pola hidup sehat yang harus kamu jalani tadi. Tidak percaya? Kamu wajib percaya karena ada bukti ilmiahnya. Bahkan selama 40 tahun sebuah studi dilakukan demi membuktikan hal tersebut.

Penelitian dilakukan Universitas Helsinki, Finlandia dengan melibatkan 1.200 pebisnis pria dengan kisaran usia 40-55 tahun pada 1974 dan 1975. Setiap partsipan memiliki risiko penyakit kardiovaskular dengan berbagai gejala, termasuk tekanan darah tingi, kolestrol tinggi, hingga kelebihan berat badan.
Para partisipan dibagi ke dua kelompok. Kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Pada kelompok intervensi, mereka diberi perintah untuk berolahraga dan mengonsumsi makanan sehat. Mereka juga diperintahkan untuk berhenti merokok dan mengonsumsi obat penurun tekanan darah.
Sebaliknya, kelompok kontrol tidak terlalu diberikan perintah apa pun. Mereka hanya diberikan perawatan kesehatan standar oleh para peneliti.
Hasilnya, pada kelompok intervensi, para peserta dapat mengurangi risiko penyakit kardiovaskular sebanyak 46% setelah lima tahun kemudian. Namun, setelah 15 tahun kemudian, malah lebih banyak pria dari kelompok intervensi yang meninggal dunia ketimbang kelompok kontrol.
Temuan itu membuat para peneliti terkejut. Mereka pun mencoba kembali melakukan penelitian pada 2014. Ternyata ada yang terlewat. Mereka tidak mengikutsertakan data kegiatan melancong para peserta, alias liburan.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa hingga 2004, kelompok intervensi memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Dari 2004 hingga 2015, tingkat kematian di kedua kelompok itu sama.
Rupanya risiko kematian kelompok intervensi lebih tinggi sebanyak 37%. Ya, semua gara-gara mereka tidak memiliki cukup waktu untuk liburan. Dalam periode waktu 1974 hingga 2004, mereka hanya dapat berlibur selama kurang dari 3 minggu.
Masalahnya, pria dari kelompok intervensi lebih memilih tidur di waktu luang daripada berlibur. Kegiatan mereka itu memang dapat mengistirahatkan tubuh. Namun, kalau berlebihan, tidur malah menjadi tidak baik. "Dalam penelitian kami, pria dengan liburan pendek lebih banyak bekerja dan tidur," kata profesor Timo Strandberg.
Sebaliknya, pria dari kelompok kontrol lebih panjang umur. Alasannya, selama periode waktu yang sama, mereka menjalani liburan selama tiga minggu lebih. Dengan kata lain, mereka lebih bahagia daripada kelompok intervensi.

Kelompok intervensi juga mengalami banyak tekanan dalam hidup karena terlalu banyak bekerja. Pengaruh terhadap psikis mereka membuat mereka mati lebih dini. Intinya terlalu memforsir diri untuk bekerja itu tidak baik. Bisa disebuat sebagai pola hidup yang buruk. "Jangan pernah berpikir memiliki gaya hidup sehat kalau terlalu banyak bekerja. Liburan bisa menjadi cara yang baik untuk menghilangkan stres," tambahnya.
Strandberg juga menegaskan bahwa penyakit memang berasal dari pikiran. Jadi jika pikiran kamu selalu memiliki pikiran fresh karena lebih sering berlibur, tidak menutup kemungkinan kamu bakal hidup panjang umur.
Jadi, sahabat Merah Putih, jangan sampai kekurangan waktu untuk melancong ya! (ikh)
Baca juga: Awas Melancong Sendirian Bisa Bikin Stres