Impian Sultan Malaka Bergelar Haji

Selasa, 05 Juli 2022 - Yudi Anugrah Nugroho

RAJA Malaka Sultan Mansur Syah (1459-1477) menghimpun seluruh pundi-pundi untuk melakukan perjalanan ibadah haji. Mansur Syah bertekad sampai di Tanah Suci memenuhi panggilan Nabi Ibrahim atau beribadah haji. Baginya, bergelar haji jadi sebuah kebulatan tekad.

Seturut catatan pelancong asal Portugis, Tome Pires pada The Suma Oriental, Mansur Syah memiliki harta berupa 12 ton emas dan sejumlah besar permata untuk perjalanan ke Mekkah. Sultan lantas menitahkan sebuah kapal penuh emas menuju Jawa dan sebuah kapal lebih besar lagi melempar sauh di Pegu untuk membuka jalan agar sang sultan bisa menyusul.

Sultan Mansur pun membelanjakan cukup banyak uang dan mengumpulkan banyak orang demi perjalanan suci tersebut. Tapi, “Sultan Mansur Syah kemudian wafat pada umur lanjut setelah lama sakit tanpa sempat naik haji,” tulis Henry Chambert Loir, Naik Haji di Masa Silam; Kisah-Kisah Orang Indonesia Naik Haji 1482-1964.

Baca juga:

Kala Sastrawan Klasik Betawi Bikin Cerita Wayang Jawa

Haji
Para calon haji menunggu kapal di pelabuhan Tanjung Priok. (Foto: KITLV)

Impian Sultan Malaka mencapai tanah suci tak berhenti. Penerus takhta selanjutnya, Sultan Alaudin Riayat Syah (1477-1488) kemudian berniat meneruskan cita-cita sang ayah beroleh gelar haji.

Sultan penghisap afiun (opium) tersebut, menurut Tome Pires, telah mengumpulkan harta sepanjang usia dan berniat ke Mekkah melaksanakan niat haji sang ayah. Dia menempuh perjalanan sampai Bintan, untuk kembali menuju Malaka mempersiapkan bekal menuju Mekkah. “Tetapi dalam tujuh atau delapan hari ia meninggal akibat demam,” tulis Pires.

Usaha menumpuk harta untuk bekal perispan menuju tanah suci kandas lantaran kematian menggugurkan cita-cita menuju Mekkah.

Baca juga:

Tempat Minum Miras Zaman Ali Sadikin

Haji
Dua jemaah haji di pelabuhan Tanjung Priok. (Foto: KITLV)

Berbeda dengan leluhurnya, penguasa Malaka seterusnya justru menampik keluhuran perjalanan ibadah haji. Sultan Mahmud Syah (1488-1511), paling bertanggung jawab atas kejatuhan Malaka kepada Portugis, bahkan membual tentang kesejajaran Malaka dan Mekkah.

Mahmud Syah jelas bertengkar dengan sang ayah dan menepis anjuran sang kakek pergi ke tanah suci. “Ia mengatakan bahwa Mekkah yang benar adalah Malaka,” tulis Alfonso d`Albuquerque pada The Commentaries of the Great Alfonso Daboquerque, Second Vicecory of India. (*)

Baca juga:

Bertahan Hidup di Kamp Cideng

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan