Hidup Damai dengan Trauma
Kamis, 08 April 2021 -
TRAUMA yang dihasilkan dari kejadian buruk selalu meninggalkan luka batin mendalam. Begitu menyakitkannya hingga ia membuat seseorang menjadi terpuruk. Tidak sedikit yang berakhir menjadi post trauma stress disorder (PTSD) dan hancur.
Apa itu PTSD? PTSD merupakan kondisi dimana seseorang merasa stres setelah melewati peristiwa yang traumatik. Ia juga akan sekuat mungkin menghindari atau meminimalisir hal-hal yang memicu traumanya untuk muncul. Misalnya saja seseorang trauma karena anggota keluarganya meninggal karena COVID-19, mereka akan menghindari kerumunan sebisa mungkin atau menjadi hygiene freak yang selalu mencuci tangan setiap habis memegang sesuatu.
Baca juga:
Senographe Care Mammography, Menghilangkan Rasa Tidak Nyaman
Bukan hanya menghindar, mereka juga bisa mengalami mimpi buruk berulang. Mimpi tersebut berkaitan dengan peristiwa menyakitkan yang dialami. Ketika larut dalam masalah, mereka juga akan menjadi kurang produktif.

Namun peristiwa traumatik tidak selalu membuat terpuruk. Tidak sedikit yang justru bertumbuh menjadi pribadi yang lebih kuat. "Beberapa kali saya melihat pasien pascatraumatik juga berhasil tumbuh dari kejadian tersebut. Ia belajar sesuatu. Mengambil hikmah dari kejadian tersebut. Belajar dari pengalaman masa lalu agar tidak terulang di kemudian hari," ujar psikiater dr. Aimee Nugroho, SpKJ.
Peristiwa traumatik tentu tidak semudah itu dilupakan. Apalagi jika ada efek nyata yang ditinggalkan. Kendati demikian, kita bisa memilih untuk berdamai dengan keadaan dan menerima kejadian tersebut.
Baca juga:
"Kemarahan itu ibarat memegang bara api yang panas. Yang merasakan panas dan sakit adalah diri kita sendiri. Untuk itu lebih baik lepaskan saja," saran Dokter Aimee.

Demikian pula jika trauma tersebut merupakan perbuatan seseorang. Dokter Aimee menyarankan untuk memaafkan orang tersebut. “Kalau kita menyimpan amarah atau dendam, yang sakit kita. Orangnya ngga merasa apa-apa. Maafkan mereka. Bukan untuk mereka tapi untuk kebaikanmu sendiri,” tuturnya. Memaafkan bukan berarti kita memberi kesempatan pada mereka melainkan ekspresi dari mencintai diri sendiri
Ketika kita sudah menerima dan berdamai dengan kenyataan, maka kita akan berhasil keluar dari lingkaran setan bernama trauma. Kita pun berhasil memeluk diri sendiri dan menerima diri kita apa adanya. (Avia)
Baca juga: