Hal Unik Yang Terjadi di Tradisi Kupatan Setiap 8 Syawal di Indonesia

Selasa, 08 April 2025 - Alwan Ridha Ramdani

MerahPutih.com - Menenteng ketupat sambil menghadiahkannya ketika silahturahmi ke rumah tetangga merupakan pemandangan unik selama perayaan Kupatan.

Tradisi Kupatan berlangsung tiap 8 Syawal. Mengawali puncak Kupatan, masyarakat Muslim dianjurkan untuk berpuasa selama sepakan penuh, biasanya dimulai 2-7 Syawal untuk mendapatkan kebaikan-kebaikan bulan Syawal ini.

Tradisi Kupatan disebut sudah ada sejak perkembangan agama Islam di Nusantara. Tepatnya diperkirakan pada tahun 1600-an.

Lewat sosok Sunan Kalijaga dan diteruskan Raden Patah di Kerajaan Demak abad 15 awal, nilai tradisi Kupatan diluaskan dan mulai menyebar di seluruh Jawa.

Baca juga:

Prabowo Senang Menteri Kerja Keras Redam Gejolak Harga Pangan di Saat Ramadan dan Idul Fitri

Sunan Kalijaga memperkenalkan ketupat sebagai makanan dengan filosofi khas lebaran. Saat Kupatan, ketupat atau kupat potongan kata "Ngaku Lepat dan Laku Papat alias mengaku bersalah.

Seiring perkembangan zaman, perayaan tradisi Kupatan di tiap daerah memiliki hal-hal unik dan berbeda.

Hal ini dilakukan agar memberikan kedekatan pengalaman, menjaga pola tradisional sehingga perayaan Kupatan lebih autentik.

1. Budaya Ater-ater

Ater-ater berasal dari bahasa jawa. Dikutip dari potongan kata ‘ngeterno’ atau mengantarkan. Dalam praktiknya, Ater-ater berarti warga mengantarkan berbagai macam makanan.

Ater-ater terjadi di tradisi kupatan di Sampurnan. Saat perayaan Kupatan, masyarakatnya membawa Ketupat, tapi juga nasi Ambengan, Lepet, buah-buahan, minuman, teh, kopi, dan sebagainya. Makanan-makanan tersebut diletakkan di tengah langgar, sementara warga yang datang duduk melingkari langgar.

2. Nggawa Kanca

Di wilayah Jawa Timur, tepatnya Surabaya, masyarakatnya merayakan tradisi kupatan dengan cara unik.

Seluruh warga berkumpul di masjid atau musala setempat. Sambil Nggawa Kanca, berarti membawa ketupat dan hidangan pendamping. Biasanya hal inu merujuk pada berbagai lauk yang menemani ketupat.

3. Pasar Dadakan

Di kawasan kota Cirebon, Masyarakatnya sendiri menyebut Kupatan dengan nama sebut Jawagendong. Masyarakat menyemarakkan perayaan Kupatan dengan menggelar pasar dadakan.

Dalam pasar dadakan ini didalamnya menyediakan aneka macam wisata kuliner jajanan dan wahana permainan anak yang meriah.

4. Karnaval Gunungan Megono

Perayaan Gunungan Megono adalah aktivitas yang meramaikan tradisi Kupatan asal Pekalongan. Karnaval dilaksanakan lewat arak-arakan hasil bumi dan gunungan megono (makanan khas daerah itu) dari 19 kecamatan. Seluruh makanan yang dibentuk menggunung ini adalah hasil bumi sumbangan masyarakat. (Tka)

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan